Chris O'Neill: Orang Korea Utara Paling Benci dengan Orang Jepang
Saat ke Korut Chris melalui biro perjalanan China dari China masuk ke Korut dengan paspor AS dan tiba di Pyongyang harus menyewa satu tentara Korut.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Chris O'Neill (31) adalah mantan ninja bergaji tahun 2016. Dia terpilih dari 235 calon untuk tim promosi pariwisata Pemda Mie Jepang.
Chris O'Neill mengaku pernah ke Korea Utara (Korut) bulan Juni 2017 dan dia merasakan betapa ketatnya pengawasan terhadap dirinya selama berada di negara Kim Jong Un itu.
"Saya pernah ke Korut Juni lalu dan tak lama setelah ke luar dari Korut, warga AS, Otto Warmbier juga dikeluarkan dipulangkan ke AS," kata Chris kepada Tribunnews.com, Sabtu (25/11/2017).
Saat ke Korut Chris melalui biro perjalanan China dari China masuk ke Korut dengan paspor AS dan tiba di Pyongyang harus menyewa satu tentara Korut yang selama seminggu dibayarnya sekitar 1000 dolar AS.
"Walaupun dia saya bayar tetap saja sangat ketat sekali dan memperhatikan semua langkah saya selama diatur biro perjalanan China di Pyongyang," aku Chris.
"Perhatian saya kepada masyarakat setempat ternyata orang Korut justru paling benci dengan orang Jepang ketimbang warga kata dia.
"Saya melihat baik bendera AS maupun Jepang dan semua serba AS diinjak, dibakar, dirusak karena mereka benci sekali dengan Jepang dan AS. Tapi paling bencidengan Jepang," lanjutnya.
Ke mana pun Chris pergi pasti dibayangi tentara Korut dan kalau sudah masuk kamar pasti dikunci dari luar supaya tak bisa ke mana-mana.
"Hotel saya pun di Pyongyang semua isinya orang asing tak ada orang Korut. Demikian pula semua restoran tempat saya makan juga semua orang asing, tak ada orang Korut. Semuanya serba dibatasi tak bisa belanja bebas dan memang tak boleh mengeluarkan uang dolar kita. Semua sudah diatur oleh pihak tur China," kata dia.
Baca: Gunung Agung Erupsi Lagi, Warga di Kawasan Rawan Bencana III dan II Kembali Mengungsi
Ada satu hal menarik selama kunjungannya ke Pyongyang yaitu saat bertemu dengan sekitar 10 gadis SMA Korut yang ternyata bisa lancar berbahasa Jepang bersama Chris yang juga bisa berbahasa Jepang.
"Ternyata mereka orang Korut yang sempat lahir di Jepang sehingga bisa bicara bahasa Jepang. Aneh juga memang. Saat saya bicara dengan mereka pun, tentara yang mendampingi saya biasa saja tak begitu menggubris. Tetapi kalau saya bicara dengan rakyat biasa, tentara itu malah sangat perhatikan bahkan mencatat nama dan data orang tersebut. Benar-benar terkungkung sekali kebebasan kita di sana," ungkapnya.
Namun menurut Chris, untuk daerah kuil di Korut tampaknya sepi, kurang perhatian dari orang Korut.