Arab Saudi: Pengakuan Yerusalem Ibukota Israel, Provokasi Mencolok Terhadap Umat Islam
Raja Arab Saudi Salman mengatakan kepada Trump, tindakannya akan memancing kemarahan umat Islam di seluruh dunia.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para pemimpin Arab tengah gundah gulana terkait rencana Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan kedutaan besar AS ke Yerussalem.
Mereka telah memperingatkan Trump bahwa aksi tersebut dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi perdamaian di Timur Tengah.
Melansir BBC, Trump dilaporkan telah menelepon beberapa pemimpin Arab pada Selasa (5/12) untuk memberi tahu mereka bahwa dia bermaksud memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv.
Raja Arab Saudi Salman mengatakan kepada Trump, tindakannya akan memancing kemarahan umat Islam di seluruh dunia.
Seruan tersebut terjadi di tengah spekulasi bahwa Trump segera mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, Rabu (6/12/2017).
Dia dijadwalkan untuk menyampaikan ucapan selamat terkait hal ini. Sedangkan juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan, Trump "cukup solid" dalam pemikirannya mengenai masalah ini.
Nasib kota Yerussalem adalah salah satu masalah paling mencolok antara Israel dan Palestina.
Jika Washington mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel, AS akan menjadi negara pertama yang melakukannya sejak berdirinya Israel pada tahun 1948.
Kantor berita resmi Saudi Press Agency melaporkan, Raja Salman juga mengatakan kepada Trump, relokasi kedutaan atau pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel akan menjadi aksi provokasi mencolok terhadap umat Islam di seluruh dunia.
Baca: Pemerintah Buka Opsi Baru Naikkan Harga BBM
Baca: Biaya Transfer Antar Bank Kini Hanya Rp 4.000
Sementara itu, pegawai pemerintah AS dan keluarga mereka dilarang melakukan perjalanan pribadi di Kota Tua Yerusalem dan Tepi Barat karena alasan keamanan menjelang aksi demonstrasi yang direncanakan akan dilakukan oleh warga setempat.
Berikut beberapa tanggapan dari sejumlah pemimpin Arab yang berbicara dengan Trump:
- Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas memperingatkan konsekuensi berbahaya dari keputusan tersebut karena akan mengganggu proses perdamaian, keamanan dan stabilitas kawasan dan dunia.