Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Walikota Surabaya Risma Biasa Difitnah, Tuhan Tidak Tidur

Kali ini fitnah mengenai keterlibatan putranya dalam proyek paket pengadaan pendidikan Surabaya senilai lebih dari enam miliar rupiah.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Walikota Surabaya Risma Biasa Difitnah, Tuhan Tidak Tidur
Richard Susilo
Walikota Surabaya Dr. Ir. Tri Rismaharini, M.T (55) 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sebagai Walikota Surabaya rupanya Dr. Ir. Tri Rismaharini, M.T (55) sering mendapat fitnah dari beberapa pihak. Bahkan belakangan ini dapat fitnah keterlibatan putranya dalam proyek anggaran Pemerintah.

"Wah sudah sering mendapat fitnah sana sini," papar Risma khusus kepada Tribunnews.com Rabu ini (6/12/2017).

Kali ini fitnah mengenai keterlibatan putranya dalam proyek paket pengadaan pendidikan Surabaya senilai lebih dari enam miliar rupiah.

Menanggapi hal ini Risma kembali menekankan semua itu hanyalah fitnah.

"Mohon maaf ya, biar orang memfitnah apa saja untuk saya bahkan menyampaikan anak saya ditahan karena narkoba . Saya sudah biasa difitnah tapi Tuhan tidak tidur kok," tekannya lagi.

Perkumpulan Peduli pendidikan Kota Surabaya baru-baru ini menyampaikan pendapat melalui surat yang dikirim kepada dinas pendidikan kota Surabaya terkait Pengadaan Paket Peralatan Pendidikan IPS SMP, senilai HPS Rp. 6.166.875.000,- dengan sumber dana APBD kota Surabaya tahun anggaran 2017, dengan kode lelang 6942010.

Berita Rekomendasi

Surat yang ditandatangani Sugeng Hartono ketua P3KS tersebut juga ditembuskan kepada Walikota Surabaya dan beberapa lembaga negara lainnya serta media massa, yang intinya berisi kejanggalan pengadaan paket pendidikan tersebut.

"Padahal kota Surabaya sering tidak memakai dana APBN DAK pendidikan untuk pembelian alat peraga pendidikan."

Kenapa malah APBD kota Surabaya menganggarkan dana untuk alat peraga pendidikan, bukannya untuk pembelian komputer untuk kebutuhan sekolah menengah, dimana menurut koran Jawa Pos 3 Desember 2017, sekolah menengah negeri di Surabaya saja masih banyak kekurangan komputer untuk keperluan unas (ujian nasional) online, dan baru akan direncanakan pada APBD tahun 2018. Sedangkan bantuan komputer untuk sekolah menengah swasta untuk kepentingan unas masih harus dipelajari lagi mekanismenya karena harus memakai skema hibah, tulisnya lagi.

Kejanggalan selanjutnya adalah kenapa dalam pengadaan ini tampak sekali dengan secara cermat, dengan sengaja memilih barang2 alat peraga pendidikan yang tidak masuk e-katalog. Padahal banyak sekali barang alat peraga pendidikan sekolah menengah yang lebih dibutuhkan siswa yang sudah ada dalam e-katalog.

"Baiklah kita lalui saja, karena ini masuk dalam proses penganggaran yang melibatkan DPRD. Dan kita bisa menduga apa yang dibalik adanya penganggaran seperti ini. Akan tetapi kami yakin bahwa dinas pendidikan kota Surabaya tidak terlibat aktif dalam adanya indikasi rekayasa seperti ini," tulis surat itu lagi.

Beberapa waktu sebelumnya, tambah surat itu, secara rutin bertahun-tahun dinas pendidikan Surabaya juga harus terkaget-kaget dengan penganggaran seperti ini, dimana ada pihak lain yakni bagian perlengkapan kota Surabaya bersama ULP kota Surabaya melakukan pengadaan mebelair untuk sekolah-sekolah di Surabaya, yang tampak jelas bahwa pengadaan tersebut ada indikasi hanya untuk kepentingan proyek, bukan berdasar kebutuhan sekolah.

Surat itu pada akhirnya meminta agar dinas pendidikan tidak goyah dan kukuh pada aturan. Ditengah indikasi banyaknya oknum di pemkot Surabaya yang diduga memain2kan anggaran dan bermain proyek.

"Jadi meskipun jika ada tekanan dengan menakut-naluri bahwa pengadaan alat peraga IPS SMP ini dikatakan merupakan proyek dari Fuad putra dari walikota Tri Rismaharini, sebaiknya perlu dicek kepada walikota apakah memang benar proyek dan dugaan permainan anggaran ini dikendalikan oleh putra beliau. Jadi tidak sekedar percaya isu dan ancaman-ancaman yang mengatasnamakan ibu Risma dan keluarganya," tulis surat itu lagi.

Untuk itu dipercaya bahwa dinas pendidikan kota Surabaya selama ini tidak pernah main-main proyek dan main-main dalam anggaran. Karena tampaknya ada indikasi bahwa ini permainan proyek dan anggaran dari pihak lain bersama oknum-oknum tertentu, meski sudah terlanjur dijalankan, semoga dalam kontrak pengadaan dan pengerjaan pengadaan peraga SMP ini, dinas pendidikan tidak membuat keputusan/perjanjian yang nantinya merugikan dirinya sendiri, dan membuat keuangan APBD Surabaya dibuat untuk membeli sesuatu yang ternyata tidak bisa dipakai dan tidak bermanfaat, akhirnya terjadilah pemborosan dana negara yang seharusnya bisa dipakai untuk membangun kota Surabaya menjadi lebih baik

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas