Bertemu Netanyahu, Presiden Prancis Minta Israel Komitmen untuk Damai
Dalam pertemuan tersebut, pernyataan Trump soal Yerusalem diduga kuat menjadi topik utama dialog antara Macron dan Netanyahu.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Terkait pernyataan AS soal Yerusalem, Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta Israel agar tetap berkomitmen untuk mencapai perdamaian.
Presiden AS Donald Trump akhirnya resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, di Gedung Putih, Washington, Rabu (6/12/2017) waktu setempat.
Melalui pernyataan tersebut, Trump juga mengumumkan rencana pemindahan Kedutaan Besar AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Empat hari setelah itu, Macron menyambut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Paris, Prancis, Minggu (10/12/2017).
Dalam pertemuan tersebut, pernyataan Trump soal Yerusalem diduga kuat menjadi topik utama dialog antara Macron dan Netanyahu.
Pada kesempatan itu, Macron juga secara gamblang menyampaikan ketidaksetujuannya terhadap pernyataan Trump dan mendesak Israel untuk segera melakukan dialog dengan Palestina.
"Prancis tetap menilai bahwa satu-satunya solusi yang sesuai dengan hukum internasional adalah dengan menetapkan solusi dua negara, hidup berdampingan dalam damai," ucap Macron.
Baca: Wasekjen Golkar Tolak Penunjukan Aziz Karena Prosedurnya Salah
"Saya minta Perdana Menteri (Israel) untuk melakukan langkah berani terkait posisi Palestina untuk menyelesaikan masalah yang berhadapan dengan jalan buntu ini," katanya.
Menurut Macron, dirinya tidak setuju dengan pengakuan Trump soal Yerusalem sebagai ibu kota Israel, sebab hal itu "kontradiktif dengan hukum internasional".
Macron juga meminta Israel untuk menunjukkan komitmennya terhadap perdamaian melalui penangguhan pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah Yerusalem.
Namun, Netanyahu menegaskan bahwa pengakuan Trump tersebut hanyalah pengakuan terhadap kenyataan di lapangan, yang seharusnya diterima oleh Palestina.
"Semakin cepat Palestina menerima kenyataan ini, semakin cepat kita bergerak menuju perdamaian," ucap Netanyahu dalam sebuah konferensi pers.
"Ini mengapa menurut saya pernyataan Presiden Trump itu sangat bersejarah dan penting untuk perdamaian," ujarnya.
Netanyahu mengatakan, dirinya sudah mengupayakan keras untuk perdamaian, bahkan beberapa kali mencoba untuk menghubungi Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Melalui pengakuannya, Trump menilai dirinya hanya menepati apa yang sudah dijanjikannya semasa kampanye pencalonan presiden pada 2016.
Trump menyebut, pengakuan tersebut menjadi penanda atas dimulainya pendekatan baru terhadap konflik Israel-Palestina.
Selain itu, Trump juga menegaskan bahwa dengan pengakuan itu, dirinya tidak bermaksud untuk menentukan bahwa seluruh wilayah Yerusalem itu secara resmi akan menjadi wilayah Israel. (Aljazeera/The Guardian)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.