Kisah Nyata di Balik Gedung Putih, Presiden Trump Takut Diracun, Sikat Giginya Tak Boleh Disentuh
Wolff menulis tentang serangkaian konflik internal dan kekacauan organisasi di jantung kepresidenan AS.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC - Michael Wolff, penulis sekaligus jurnalis, mengungkapkan sejumlah fakta baru terkait Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam bukunya berjudul Fire and Furry: Inside the Trump White House yang akan diterbitkan pada pekan depan.
Dilansir dari The Guardian, Rabu (3/1/2018), Wolff menulis tentang serangkaian konflik internal dan kekacauan organisasi di jantung kepresidenan AS.
Buku tersebut menyebutkan ketua kampanye Presiden Trump sebelumnya dan ahli strategi Gedung Putih, Steve Bannon, meyakini adanya pertemuan antara Donald Trump Jr, Jared Kushner, Paul Manafort, dan orang Rusia yang menawarkan informasi untuk menjatuhkan Hillary Clinton.
Bannon juga dilaporkan yakin bahwa Trump mengetahui pertemuan tersebut dan bertemu dengan pihak Rusia.
Namun, Trump membantahnya.
Baca: Donald Trump ke Kim Jong-un: Tombol nuklir saya lebih besar, lebih kuat, dan berfungsi
Wolff juga menuliskan adanya percakapan antara presiden terpilih dengan Rupert Murdoch mengenai kebijakan imigrasi, yang diduga mengarahkan media milik taipan itu untuk melabeli Trump dengan sebutan "orang bodoh".
Berikut, beberapa hal menarik lainnya dari buku yang ditulis Wolff:
- Putri Trump dan menantunya, Ivanka Trump dan Jared Kushner, dilaporkan membuat kesepakatan tentang siapa di antara mereka yang akan mencalonkan diri sebagai presiden di masa mendatang.
Wolff menulis, "Presiden perempuan pertama tidak akan dipegang oleh Hillary Clinton, tapi Ivanka Trump".
- Konflik di antara staf Gedung Putih juga sering terjadi, termasuk kubu Kushner, Ivanka, dan penasihat ekonomi Gary Cohn untuk melawan kubu yang dipimpin Bannon.
Wolff mengutip pernyataan penasihat keamanan nasional Richard Nixon, Henry Kissinger, yang mengatakan, "Ini adalah perang antara orang Yahudi dan non-Yahudi."
- Wolff juga menulis tentang Thomas Barrack Jr, seorang miliarder yang juga rekan tertua Trump.
Sebelumnya, Trump mengincarnya untuk mengisi jabatan kepala staf.