Gempa 6,4 SR Taiwan Bikin Gedung Apartemen Miring dan Nyaris Roboh, 145 Orang Hilang
Gempa bumi berkekuatan 6,4 skala Richter membuat sebuah gedung apartemen di Taiwan miring dan nyaris roboh.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, HUALIEN - Gempa bumi berkekuatan 6,4 skala Richter membuat sebuah gedung apartemen di Taiwan miring dan nyaris roboh.
Guncangan keras akibat gempa dirasakan di Hualien, Taiwan, Selasa (6/2/2018), pukul 23.50 waktu setempat, yang berpusat sekitar 22,5 kilometer timur laut Hualien.
Hingga kini, gempa tersebut dilaporkan pusat penanganan bencana Hualien telah menewaskan empat orang dan mencederai 225 orang.
Gempa juga mengakibatkan kerusakan fatal pada beberapa gedung dan bangunan di Hualien, terutama sebuah gedung apartemen di pusat kota.
Gedung apartemen Yun Tsui dibuat nyaris roboh oleh gempa lantaran bangunan menjadi miring akibat terlepas dari fondasinya.
Baca: Gempa Taiwan: kota Hualien diguncang rangkaian gempa susulan
Chen Chih Wei (80), seorang warga yang menjadi penghuni di gedung apartemen tersebut, terkejut usai terbangun dan mendapati ranjang yang ditidurinya berdiri tegak.
"Semuanya jatuh. Ranjang saya dalam posisi vertikal. Saya yang tadinya tidur dalam posisi telentang tiba-tiba jadi seperti berdiri," ujar Chen.
Chen berhasil menyelamatkan diri setelah melompat dari balkon apartemennya, namun hal itu juga tak mudah dilakukan.
"Saking miringnya gedung tersebut, sulit sekali untuk bisa berdiri. Lantai saya licin, jadi saya merangkak untuk bisa melarikan diri," cerita Chen lagi.
Menurut Pemerintah Taiwan, ada empat gedung di kompleks apartemen tersebut yang setengah roboh dan berposisi sangat miring.
Empat korban tewas yang disebabkan oleh gempa datang dari gedung apartemen yang setengah roboh tersebut dan 145 orang yang dinyatakan hilang diyakini masih terjebak dalam bangunan itu.
Rabu (7/2/2018), sejumlah ahli bangunan dan teknisi secara sigap berupaya untuk menahan posisi gedung tersebut dengan memasang tiang-tiang pancang berbahan baja.
Sementara itu, tim pencarian dan penyelamatan (SAR) terus berupaya menelusuri gedung untuk mengevakuasi korban selamat.
Sedangkan, Chang Fa An, seorang dari manajer staf apartemen tersebut, mengaku terkejut ketika mengetahui gedung itu tak mampu menghadapi gempa 6,4 skala Richter.
Padahal, Taiwan merupakan negara yang wilayahnya sangat rawan gempa.
"Saat gedung apartemen tersebut pertama kali dibangun, unit-unitnya dijual mahal. Harganya tertinggi di wilayah ini," kata Chang.
Chang mengatakan, ia dan stafnya juga secara rutin memeriksa adanya kerusakan pada bangunan tiap kali gempa menyerang daerah tersebut, tapi tidak pernah ditemukan cacat sedikitpun.
Warga sekitar mempertanyakan apakah lemahnya fondasi dan rangka apartemen tersebut disebabkan oleh kegiatan renovasi yang kerap dilakukan di dalam gedung.
Sejumlah penghuni apartemen itu menuturkan, banyak penghuni yang membeli dua kavling apartemen dan membobol dindingnya untuk mendapatkan apartemen yang lebih luas. (CNA/New York Times).