Tanpa Rencana, Warga Pelestina Ciptakan Teror Baru Bagi Israel dengan Layang-layang
Setidaknya 120 orang Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel selama demonstrasi massa di sepanjang perbatasan Gaza sejak 30 Maret.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Setidaknya 120 orang Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel selama demonstrasi massa di sepanjang perbatasan Gaza sejak 30 Maret.
Kini warga Palestina kemudian menerbangkan layang-layang yang segera menjadi senjata efektif penyebab teror.
Layang-layang ini merupakan teknologi sederhana yang diciptakan secara spontan.
Shadi, salah satu dari lima remaja Palestina yang membuat layang-layang dengan mengenakan topeng Vendetta berkata:
"Kami tidak pernah berpikir hasilnya akan sebaik itu, ide dan alatnya begitu sederhana namun mampu membuat kerusakan."
Dia menjelaskan bahwa layang-layang dibuat dari plastik transparan agar tidak terdeteksi oleh radar atau penglihatan di langit.
Kemudian layang-layang dilengkapi dengan ujung gulungan kain yang dicelupkan ke dalam solar dan minyak pelumas yang menyala.
Ia akan segera membakar lahan Israel ketika mendarat.
Memang tidak ada yang terluka oleh kebakaran yang disebabkan layang-layang api ini.
Namun kerusakannya mampu membakar 910 hektar ladang dan cagar alam Israel.
Menteri Keamanan Publik Gilad Erdan mengatakan bahwa Israel harus kerahkan penembak jitu untuk merampungkan perkara layang-layang itu.
"Saya mengharapkan IDF (tentara Israel) untuk menangani selebaran layang-layang ini persis seperti mereka menghadapi teroris," ungkapnya.
Layang-layang plastik sederhana yang kini menjadi bagian perjuangan Palestina ini telah menjadi bagian dari perjuangan warga.
Bahkan, Israel telah memasang drone pengintai untuk merobek serangan layang-layang.
Drone itu dilengkapi dengan pancing atau bilah yang diharap apat merobek atau memotong senar layang-layang di udara.
Namun Gilad Erdan mengakui keterbatasan langkah-langkah tersebut, mengatakan:
"Kami mungkin akan berakhir harus menembak selebaran layang-layang juga."
Jason Greenblatt, utusan Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah berpendapat bahwa serangan layang-layang menimbulkan ancaman serius bagi Komunitas Israel.
Peningkatan dalam pembakaran pun juga terjadi menjelang protes hari Jumat kemarin (8/6/2018).(*)