Beri Sedekah, Inilah Sosok 'SOUPerman' Pemberi Sup Gratis Bagi Warga Gaza Selama Ramadan
Setiap harinya, ia dan putranya, Mohammad, membuat sup dan mendistribusikannya sebagai bentuk sedekah
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
"Saya membawa beberapa bahan makanan ke rumah dan mulai memasaknya, anak-anak saya semula terkejut karena saya biasanya tidak memasak, tapi saya memberitahu mereka bahwa itu untuk orang-orang yang membutuhkan di sekitar lingkungan (tempat tinggal kami)," tambah Al Hattab.
Untuk memulai debutnya sebagai koki amatiran bagi lingkungannya, ia pun meminjam panci besar milik tetangganya dan membeli bahan makanan dalam jumlah besar dari uangnya sendiri.
Melihat niat tulus Al Hattab, orang-orang yang ada di lingkungan rumahnya akhirnya merasa terinspirasi oleh kebaikan pria itu, mereka mulai membantunya dengan menyumbang uang, sehingga 'si pembuat sup' bisa mempertahankan 'sedekahnya' sepanjang Ramadan ini.
Saat informasi tentang proyek amal sup Al Hattab menyebar, warga Palestina dari lingkungan lainnya di Gaza pun mulai berbondong-bondong mendatangi Al Shuja'iya demi mendapatkan semangkuk sup buatannya.
Manal Al Saeedi (50), seorang ibu yang memiliki 10 anak, datang jauh-jauh dari kamp Al Buraij di Selatan Gaza untuk mendapatkan sup gratis yang akan ia berikan pada keluarganya.
"Saya tidak punya uang untuk memberi makan anak-anak saya, jadi lebih murah bagi saya untuk naik taksi senilai USD 2 dolar ke sini (daripada membeli makanan)," kata Al Saeedi kepada Gulf News sambil mengantre.
Ia menambahkan bahwa dirinya bersyukur atas inisiatif Al Hattab yang bersedia membantu orang miskin seperti dirinya.
Sementara itu Muammar Ammawi, tetangga Al Hattab, setiap harinya juga mengumpulkan sup itu untuk anak-anaknya.
Ia mengatakan bahwa dirinya sangat lega bisa memberi makan anak-anaknya tanpa harus khawatir membayar, karena situasi ekonominya sangat sulit.
Dari populasi penduduk Gaza yang terdiri dari 2 juta orang, sekitar 40 persen menganggur karena blokade paksa yang diberlakukan Israel sejak 2007 silam.
Sebanyak 70 persen warga Palestina di Gaza bergantung pada bantuan kemanusiaan, hanya untuk sekadar bertahan hidup.
Ramadhan di Gaza tahun ini memang diawali dengan kenyataan pahit karena lebih dari 120 warga Palestina tewas dalam protes di sepanjang perbatasan Gaza.
Mereka ditembaki pasukan zionis Israel sejak demonstrasi yang dimulai pada 30 Maret lalu.
Kendati demikian, para demonstran itu terus kembali ke perbatasan setiap minggunya, menyerukan hak mereka untuk kembali pulang ke rumah dimana mereka terusir sejak 1948 silam setelah tanah kelahiran mereka diduduki Israel.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.