Pengunjuk Rasa 'Occupy ICE' Paksa Tutup Fasilitas Imigrasi, Bea dan Cukai di Beberapa Kota AS
Salah seorang diantaranya bernama Sage Louise yang sengaja tidur di luar gedung ICE di New York's Greenwich Village pada Senin malam lalu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Para pengunjuk rasa yang menamakan diri mereka Occupy ICE mendirikan kamp di luar beberapa gedung Badan Imigrasi, Bea dan Cukai (ICE) untuk memprotes kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Salah seorang diantaranya bernama Sage Louise yang sengaja tidur di luar gedung ICE di New York's Greenwich Village pada Senin malam lalu.
Dilansir dari laman Al Jazeera, Kamis (28/6/2018), ia merupakan bagian dari kelompok pengunjuk rasa yang terdiri dari 30 orang yang menyerukan penghapusan fasilitas serta mengakhiri pusat penahanan imigrasi.
Perlu diketahui, pusat imigrasi, bea dan cukai selama ini telah meningkatkan pengawasan sejak pemerintahan Trump mengumumkan kebijakan 'toleransi nol' pada bulan April.
"Kami tidak sanggup hanya melakukan aksi simbolis," kata Louise.
"Kami benar-benar harus melakukan hal-hal yang nyata untuk menghentikan operasi ICE," tambahnya.
Baca: Presiden Iran Bersumpah ke Rakyatnya Akan Perangi Amerika
Pada Senin lalu, #OccupyICENYC memaksa lembaga tersebut untuk membatalkan sementara serangkaian pemeriksaan imigrasi.
Para pejabat pun memastikan keselamatan karyawan ICE, pengadilan, masyarakat dan tahanan, seperti yang disampaikan media lokal.
Sementara itu, fasilitas tersebut kembali beroperasi pada hari berikutnya.
#OccupyICENYC merupakan bagian dari gerakan untuk menduduki ICE.
Kelompok pengunjuk rasa itu telah berhasil memaksa fasilitas ICE yang berada di beberapa kota AS lainnya untuk menghentikan sementara operasi mereka.
Para aktivis kota New York mengatakan bahwa mereka mengambil inspirasi dengan menjalin hubungan dengan kelompok-kelompok #OccupyICE lainnya.
Termasuk kelompok yang ada di Portland dan Philadelphia, protes serupa juga terjadi di Detroit dan San Diego.
Lebih dari sepekan lalu, pengunjuk rasa di Portland, Oregon, telah memaksa sebuah fasilitas untuk menutup operasinya.
Para pengunjuk rasa masih tetap berada di luar fasilitas Portland pada Rabu pagi, meskipun ada peringatan dari pejabat federal bahwa penangkapan bisa dilakukan kapan saja jika mereka tidak membubarkan diri, seperti yang disampaikan media setempat.