Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Setelah 28 tahun berlalu dengan 12 astronot Jepang yang terbang ke bulan, sejak Yuusaku Maezawa (42) karyawan televisi TBS Jepang, sebagai astronot pertama Jepang, sampai dengan rencana Yuusaku Maezawa akan jalan-jalan ke Jepang tahun 2023, kini hal-hal tersebut membuat perhatian masyarakat semakin besar mengenai luar angkasa.

"Memang benar perhatian dan popularitas ruang angkasa kini jauh lebih meningkat ketimbang masa lalu, apalagi dengan orang biasa yang memungkinkan jalan-jalan ke bulan diumumkan 18 September lalu," ungkap astronot Jepang Shoichiro Noguchi kemarin, Rabu (19/9/2018).

Astronot pertama Jepang yang ditentukan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), adalah karyawan televisi TBS, Toyohiro Akiyama yang ke bulan bersama kapal ruang angkasa "Soyuz" i pada tahun 1990 selama stau minggu.

Akiyama melakukan penyiaran angsung dari dalam pesawat ruang angkasanya setelah berada di bulan langsung dilihat semua warga Jepang yang cukup kaget karena pertama kali disiarkan langsung oleh penyiar televisinya sendiri dari bulan.

Siaran langsung itu tahun 1990 baik dipancarkan lewat televisi maupun lewat radio sehingga para pengendara mobil pun di tengah jalan dengan membuka saluran radionya bisa mendengarkan langsung laporan langsung dari bulan.

"Saking serunya (very exciting) saya menghentikan mobil di tengah jalan hanya untuk mendengarkan siaran langsung itu. Ingat benar saya sampai akhirnya di klakson mobil lain dari belakang," ungkap Suzuki (69) seorang warga Tokyo kepada tribunnews.com pagi ini, Kamis (20/9/2018).

Juni 2018 ini pun setelah perjalanan beberapa bulan, akhirnya astronot JAXA Kenji Kanai juga mendarat di bumi setelah menyelesaikan perjalanan 168 harinya di luar angkasa pada stasiun internasional ISS (International Space Station) dan disambut keluarganya serta masyarakat dengan rasa bangga dan bahagia, tambah Noguchi lagi.

Praktis dampak "jalan-jalan" ke bulan yang bisa dilakukan orang biasa kemarin itu besar sekali, sehingga pengaruh ekonominya bisa mencapai 200 miliar yen bagi Jepang dalam tahun tahun mendatang, ungkap kritikus ekonomi terkenal Kazuyuki Hirano (42).