Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Artikel Terakhir Khashoggi Sebelum Dimutilasi Menggunakan Cairan Asam

Ia mengatakan bahwa asistennya telah mengirimkan artikel itu sehari setelah pria berusia 60 tahun tersebut dilaporkan menghilang.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Artikel Terakhir Khashoggi Sebelum Dimutilasi Menggunakan Cairan Asam
Capture: The Washington Post
Tulisan terakhir Jurnalis Senior Arab Saudi Jamal Khashoggi sebagai Kolumnis di kantor berita The Washington Post. 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Karen Attiah, Editor Global Opinions The Washington Post, menuliskan 'kata pengantarnya' untuk sebuah artikel 'terakhir' yang ditulis rekan kerjanya, Jurnalis senior berkebangsaan Arab Saudi Jamal Khashoggi.

Ia mengatakan bahwa asistennya telah mengirimkan artikel itu sehari setelah pria berusia 60 tahun tersebut dilaporkan menghilang.

"The Washington Post menahan artikel itu untuk diterbitkan nanti, karena kami berharap Jamal akan kembali kepada kami, sehingga ia dan saya bisa mengeditnya bersama,".

"Tapi sekarang saya harus menerima (kenyataan) bahwa (momen) itu tidak akan terjadi," kata Attiah.

"Ini adalah bagian terakhirnya yang akan saya edit untuk The Washington Post, kolom ini secara sempurna menangkap komitmen dan hasratnya untuk kebebasan pers di dunia Arab,".

Baca: Jamal Khashoggi Hilang, Sejumlah Jurnalis Lepas Indonesia Aksi di Depan Dubes Arab Saudi

Dikutip dari laman Al Jazeera, Jumat (19/10/2018), Khashoggi yang juga dikenal sebagai seorang Kritikus politik menulis bahwa harapan besar terkait 'kebebasan pers' di masa depan yang dirasakan oleh banyak orang di dunia Arab, selama 'musim semi Arab' sejak 2011 silam telah 'hancur'.

Momentum tersebut berfokus pada pemberontakan rakyat di seluruh Timur Tengah.

BERITA TERKAIT

"Ada beberapa oasis yang terus mewujudkan semangat musim semi Arab, pemerintah Qatar terus mendukung peliputan berita internasional, berbeda dengan upaya tetangganya untuk menegakkan kontrol informasi demi mendukung 'tatanan Arab lama'," tulis Khashoggi.

"Bahkan di Tunisia dan Kuwait, dimana pers setidaknya sebagian dianggap memiliki kebebasan, medianya berfokus pada masalah domestik saja, bukan masalah yang dihadapi oleh dunia Arab yang jauh lebih besar,".

"Mereka ragu untuk menyediakan platform bagi wartawan dari Arab Saudi, Mesir dan Yaman, bahkan Lebanon yang merupakan permata mahkota di dunia Arab telah menjadi korban polarisasi dan pengaruh pro-Iran Hezbollah, jika dilihat dari kebebasan persnya,".

Perlu diketahui, menurut Reporters Without Borders 2018 World Press Freedom Index, posisi Timur Tengah berdampingan dengan Afrika Utara, sebagai wilayah yang memiliki kebebasan pers 'paling beresiko' secara global.

Kasus menghilangnya Jamal Khashoggi memang kini telah menjadi perhatian dunia.

Jamal Khashoggi merupakan seorang Jurnalis senior Arab Saudi yang kini menjadi Kolumnis di The Washington Post.

Ia sudah tinggal dalam pengasingannya di Amerika Serikat (AS) selama setahun terakhir karena melarikan diri dari pemerintah Arab Saudi saat penindasan dilakukan terhadap para pengkritisi negara kerajaan tersebut.

Khashoggi kemudian dikabarkan menghilang pada 2 Oktober lalu, setelah memasuki Konsulat Arab Saudi di Turki untuk mendapatkan surat-surat yang ia perlukan demi menikahi tunangannya.

Menurut sejumlah media, mengutip dari sumber-sumber Turki yang tidak disebutkan namanya, kepolisian Turki meyakini bahwa Jurnalis itu tewas di dalam fasilitas diplomatik tersebut.

Khashoggi diduga dibunuh secara sadis, ia dimutilasi kemudian jasadnya dilarutkan menggunakan cairan asam.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas