Turis Asing di Jepang Makin Banyak, Penyakit Kelamin Sifilis Kian Meningkat
Sampai September tahun ini, jumlah penderita penyakit kelamin sifilis berada pada angka 5.081.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jumlah turis asing ke Jepang pada bulan September 2018 sebanyak 2,16 juta. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan September 2017 sebanyak 2,28 juta orang.
Namun kecenderungan grafik turis asing terus melonjak dari hari ke hari.
"Semakin banyak turis asing tampaknya penyakit sifilis semaking meningkat. Sebanyak 65 pria dan 10 wanita di Kota Osaka mengidap sifilis pada 2012. Untuk 2017, angka itu melonjak signifikan menjadi masing-masing 375 dan 260," kata Yasuaki Ishikawa, Direktur Klinik Urologi Ishikawa, mengatakan pada tabloid Friday edisi 16 November 2018.
Sifilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh Treponema Pallidum yang berbahaya bagi penderita.
Menurut Yasuaki Ishikawa, angka-angka tersebut disediakan oleh pusat perawatan kesehatan.
Jumlah sebenarnya diperkirakan jauh lebih banyak lagi.
Jumlah kasus secara nasional melebihi 5.000 untuk pertama kalinya dalam 44 tahun, menurut data yang diberikan oleh Institut Nasional Penyakit Menular.
Sampai September tahun ini, jumlah penderita penyakit kelamin sifilis berada pada angka 5.081.
Tahun lalu, pasien di Perfektur Osaka di bawah Tokyo, dengan 846 kasus, peningkatan dengan faktor 1,4 dibandingkan 2016.
Baca: Dewi Soekarno Mengajak Wanita Jepang Membuka Hati untuk Menjalani Perkawinan Internasional
"Sebelumnya, jumlah pasien sifilis tinggi di komunitas gay, tetapi sekarang meningkat untuk pria dan wanita (heteroseksual)," kata Ishikawa.
Menurutnya, industri seks komersial (fuzoku) adalah titik masuk untuk sifilis, dengan karyawan perempuan dari bisnis tersebut telah menunjukkan peningkatan pesat infeksi.
"Alasannya adalah peningkatan inbound turist (pelancong dari luar negeri). Wisatawan Asia secara khusus diyakini sebagai faktor utama," kata Ishikawa.
Dikatakan Ishikawa, pendidikan seks yang buruk di China telah mengakibatkan lonjakan tingkat infeksi di kota-kota besar di sepanjang pantai.
Orang yang terinfeksi kemudian tiba di Jepang dan mengunjungi bisnis fuzoku, menyebarkan penyakit menular ke mana-mana.