Produk Indonesia Mulai Masuk Timur Jauh Rusia
Salah satu produk bir ternama Indonesia “Bali Hai” misalnya, sudah masuk di 90% supermarket di wilayah Primorsky Krai dan sekitarnya.
Editor: Rachmat Hidayat
Setiap tahun di Vladivostok diselenggarakan berbagai kegiatan bertaraf internasional, seperti Eastern Economic Forum (EEC) dan Pacific International Tourism Expo (PITE).
Secara geografi, jarak Indonesia ke Vladivostok lebih dekat dari pada jarak Indonesia ke Moskow. Vladivostok adalah kota pelabuhan. Pengiriman kargo melalui laut dari Indonesia ke Vladivostok membutuhkan waktu sekitar 16 hari, sedangkan ke St. Petersburg di wilayah barat Rusia memakan waktu sekitar 40 hari.
Dari Vladivostok ke Moskow barang-barang dagang dapat didistribusikan dengan kereta api yang membutuhkan waktu perjalanan sekitar seminggu. Dengan demikian, Vladivostok dapat menjadi pintu gerbang produk Indonesia, tidak hanya ke wilayah timur Rusia, tetapi juga hingga wilayah barat Rusia, termasuk Moskow.
Menurut Dubes Wahid, adanya potensi perdagangan dan ekonomi antara Indonesia dengan Vladivostok, Primorsky Krai khususnya, dan Timur Jauh Rusia pada umunya perlu digarap dengan baik. Potensi bagi Indonesia juga ada di sektor pariwisata.
Tidak sedikit wisatawan dari wilayah Timur Jauh Rusia berkunjung ke Indonesia. Dubes Wahid menambahkan untuk lebih mengembangkan kerja sama ini direncanakan keikutsertaan Indonesia pada PITE ke-23 dan penyelenggaraan forum bisnis serta festival Indonesia di Vladivostok pada akhir Mei 2019.
"Dari pertemuan dengan sejumlah pelaku usaha di Vladivostok, produk-produk Indonesia sangat diminati dan dinantikan di wilayah tersebut. Saya harapkan peran serta pemerintah pusat dan daerah, serta perlaku usaha Indonesia untuk ikut serta pada PITE, forum bisnis dan festival Indonesia pada akhir Mei tahun 2019 di Vladivostok," kata Dubes Wahid.
Dalam kunjungan ke Vladivostok Dubes Wahid bertemu juga dengan Nikita Anisimov, Rektor Far Eastern Federal University (FEFU) guna membahas peningkatan kerja sama pendidikan tinggi dan antar perguruan tinggi.
Termasuk kemungkinan pembukaan kembali studi Indonesia di FEFU, tempat penyelenggaraan KTT APEC 2012 dan foum tahunan Eastern Economic Forum. Dubes Wahid juga bertemu dan berdiskusi dengan 30 WNI yang sebagian besar adalah mahasiswa.