Mengintip Kesiapan Pemda dan Perusahaan KA di Jepang saat Gempa Mengguncang Sapporo Hokkaido
Pemda setempat bekerjasama dengan perusahaan kereta api bawah tanah di Sapporo ternyata telah menyiapkan selimut dan air mineral gratis.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Gempa bumi terjadi di Sapporo Hokkaido Jepang dan sekitarnya , Kamis (21/2/2019). Warga dibantu pemda setempat menghadapi bencana gempa dengan tenang tanpa kepanikan.
"Saya gak bisa pulang kereta tidak ada yang jalan, jadi saya nginap saja di sini dan dapat selimut gratis serta air mineral gratis dari pemda setempat," ungkap Kobayashi, seorang warga Sapporo kepada Tribunnews.com, Kamis (21/2/2019).
Pemda setempat bekerjasama dengan perusahaan kereta api bawah tanah di Sapporo ternyata telah menyiapkan selimut dan air mineral gratis.
Penumpang kereta atau warga yang tak bisa pulang ke rumah tidak sedikit yang tidur di lorong bawah tanah tersebut.
Pihak Pemda dan perusahaan kereta api bawah tanah membagikan selimut gratis dan minuman gratis.
Baca: Deklarasi Pemenangan Jokowi-Maruf Amin oleh Ganjar Pranowo dan 31 Kepala Daerah Melanggar Aturan
Warga pun memilih tidur di sana, ketimbang di atas yang dingin sekali mencapai nol derajat Celcius.
Setelah pagi hari jam 5 kereta api mulai bergerak kembali dan umumnya baru pulang naik kereta api paling pagi itu.
Warga yang biasa menumpang taksi baru mendapat taksi setelah menunggu dua jam lamanya sehingga tidak sedikit yang jalan kaki pulang ke rumah.
Warga yang bangun pagi mengembalikan selimut ke atas meja tempat semula. Lalu menuju lokasi kereta api yang mulai bergerak kembali.
Persiapan menghadapi bencana alam ini belajar dari gempa bumi Hokkaido 6 September 2018 yang membawa bencana cukup besar, dimana puluhan orang di Hokkaido meninggal dunia saat itu.
Gempa bumi 21 Februari lalu tercatat resmi hanya lima orang cedera dan tak ada yang meninggal dunia.
Belajar dari gempa bumi September tahun lalu, para petugas sudah siap dengan semua kebutuhan darurat, sehingga tinggal dikeluarkan dan dibagi-bagikan kepada warga setempat yang membutuhkan.
Itu juga berlangsung dengan tenang, antre, tidak ada yang panik dan semua menghadapi dengan tenang dampak bencana alam tersebut.
Sebab warga Jepang sudah terbiasa dengan latihan menghadapi bencana alam yang rutin dilakukan setiap tahun.