Pasukan Khusus Bangladesh Tembak Mati Pria Diduga Pelaku Pembajakan Pesawat
Laporan kantor berita AFP menyebutkan, sebanyak 134 penumpang dan 14 kru berada di pesawat, dan dapat diselamatkan tanpa menderita cedera
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Khusus dari Tim Komando Bangladesh menembak mati seorang pria berusia 20-an yang diduga pelaku pembajakan pesawat rute penerbangan Dhaka - Dubai, pada Minggu (24/2/2019).
Pesawat Boeing 737-800 milik maskapai Biman Bangladesh Airlines nomor penerbangan BG147 berhasil mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Shah Amanat di Chittagong.
Baca: Pembajak pesawat Bangladesh tewas ditembak pasukan khusus
Laporan kantor berita AFP menyebutkan, sebanyak 134 penumpang dan 14 kru berada di pesawat, dan dapat diselamatkan tanpa menderita cedera.
Meski demikian, terduga pembajak yang diidentifikasi bernama Mahadi, berkewarganegaraan Bangladesh, terluka dan ditembak mati sesaat setelah ditangkap.
"Tim komando meminta pembajak untu menyerah, namun dia menolaknya dengan menyerang dan ditembak," demikian pernyataan juru bicara militer Motiur Rahman.
"Kemudian, kami mengetahui dia telah mati. Kami menemukan sebuah pistol pada tubuhnya dan tidak ada lagi selain itu," imbuhnya.
Bandara ditutup oleh militer dan polisi elite untuk mengevakuasi lebih banyak penumpang.
"Dalam 10 menit setelah pesawat terbang dari Dhaka, dia menembak dua kali," ujar seorang penumpang.
Wakil Kepala Pasukan Marshall, Mofid, membuat Mahadi sibuk dengan ponselnya sementara unit pasukan khusus bersiap untuk melakukan serangan dramatis.
"Dia meminta berbicara dengan Perdana Menteri kami," ucapnya.
"Dia mengklaim punya sebuah pistol, namun saat itu kami belum yakin apakah itu senjata sungguhan atau palsu," tuturnya.
Seorang anggota kru pesawat mengaku melihat pria tersebut membawa benda seperti bom. "Dia bilang, '
Saya akan membajak pesawat ini... Jika kalian tidak membuka kokpit, saya akan meledakkan pesawat'," ucapnya menirukan perkataan Mahadi.
Pembajak disebut juga sempat menahan seorang pramugara sebagai tawanan.