MUI : Ucapan Senator Fraser Anning Menyesatkan dan Tak Bertanggung Jawab
Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas menyebut, pernyataan itu menyesatkan dan tak bertanggung jawab
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyesalkan ucapan dan cara pandang seorang Senator Fraser Anning.
Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas menyebut, pernyataan itu menyesatkan dan tak bertanggung jawab.
Baca: Australia Khawatir Ada Balas Dendam Usai Teror di Masjid Selandia Baru
Hal itu disampaikan Anwar Abbas, saat menerima kunjungan Dubes Australia di Jakarta, Gary Quinlan, di kantor MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa (19/3/2019).
"MUI jelas-jelas sangat menyesalkan cara pandang Senator Australia Fraser Anning yang memandang Islam dan umat Islam sangat-sangat rendah dan buruk sekali, karena cara pandang yang seperti itu jelas-jelas sangat sesat dan menyesatkan serta tidak bisa dipertanggung jawabkan," tegas Anwar Abbas.
MUI menilai lebih lanjut, tuduhan itu tak berdasar sama sekali, bahwa tak satu agama mana pun didunia ini yang mengajarkan kekerasan dan terorisme.
"Oleh karena itu MUI menghimbau kepada dunia barat dan juga dunia timur untuk tidak mengkait-kaitkan tindakan terorisme dan ekstremisme serta radikalisme yang dilakukan oleh seseorang atau suatu kelompok dengan bangsa dan agama dari yang bersangkutan," jelas Anwar Abbas.
Diketahui dunia dikejutkan dengan penembakan brutal terjadi di dua Masjid di Christchurch, Selandi Baru, yaitu Masjid An Noor dan Linwood pada Jumat siang 15 Maret 2019, waktu setempat.
Selain 2 WNI terluka, seorang WNI terkonfirmasi meninggal duiua, serta sekitar 49 orang lainnya turut kehilangan nyama dalam peristiwa brutal tersebut.
Baca: Gerakan Solidaritas, Perempuan Selandia Baru Bakal Kenakan Kerudung Jumat Nanti
Pasca kejadian berdarah tersebut, seorang Senator Fraser Anning menyatakan bahwa penyebab serangan terhadap dua masjid di Christchurch, Selandia Baru adalah program imigrasi yang memungkinkan kaum fanatik muslim untuk bermigrasi ke Selandia Baru.
Ucapan kontroversial itu kemudian menjadi pro dan kontra di Australia maupun di luar Australia.