Dua Pekan Sebelum Ledakan, BIN Sri Lanka Sebut Telah Kantongi Nama Penyerang Bom Misa Paskah
Korban tewas dalam aksi brutal itu kini telah mencapai 290 orang, sementara 500 lainnya mengalami luka-luka.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO - Jajaran menteri Sri Lanka telah menggelar konferensi pers pada hari Senin ini, saat jumlah korban tewas dan luka dari aksi ledakan bom di negara itu terus bertambah.
Korban tewas dalam aksi brutal itu kini telah mencapai 290 orang, sementara 500 lainnya mengalami luka-luka.
Dikutip dari laman Euro News, Senin (22/4/2019), sebelumnya serangkaian ledakan bom terjadi di sejumlah gereja dan hotel di Sri Lanka pada Hari Raya Paskah, Minggu (22/4/2019).
Perlu diketahui, pihak berwenang telah memperingatkan dua pekan sebelumnya terkait serangan tersebut.
Mereka pun telah mengantongi nama-nama penyerang, namun informasi mengenai hal itu tidak dipublikasikan kepada Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe.
Baca: Ledakan Bom di Sri Lanka, BIN Belum Temukan Indikasi Hubungan dengan Sel Teroris di Indonesia
Seperti yang disampaikan Menteri Kesehatan Rajitha Senaratne kepada awak media setempat.
"Pada 4 April, 14 hari sebelum insiden ini terjadi, kami telah diberitahu tentang insiden ini," kata Senaratne dalam konferensi pers di kediaman resmi Perdana Menteri, Temple Trees.
Baca: Indonesia Tawarkan Bantuan ke Sri Lanka Paska Serangan Teror
Presiden Maithripala Sirisena memang bertanggung jawab atas keamanan dan intelijen nasional negara itu, namun ketegangan antara dirinya dan Perdana Menteri Wickremesinghe terus menguat.
"Pada tanggal 9 April, Kepala intelijen nasional menulis surat dan dalam surat tersebut banyak nama anggota organisasi teroris ditulis."
"Perdana Menteri tidak diberitahu terkait isi surat-surat itu,".
"Kami tidak berusaha menghindari tanggung jawab, tapi ini faktanya, kami terkejut melihat laporan ini," tegas Senaratne.
Menurutnya, pemerintah pun tidak mempercayai serangan tersebut dilakukan oleh sekelompok orang yang ditahan di negara itu.
"Ada jaringan internasional, tanpa jaringan itu saya kira serangan ini tidak akan berhasil,".
Namun hingga kini tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.