Kesaksian Korban Selamat Teror Bom di Sri Lanka, Potongan Atap Jatuh Menimpa Kepala
Rangkaian ledakan yang terjadi di negara tersebut juga menghancurkan restoran yang ada di Hotel Shangri-La dan Cinnamon Grand,
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO - Pasca terjadinya serentetan serangan bom yang menewaskan setidaknya 207 orang dan melukai ratusan lainnya dalam momen Hari Raya Paskah di Sri Lanka, seorang Fotografer yang meliput lokasi kejadian menjelaskan apa yang ia lihat.
Saat itu, ia bertugas untuk mengabadikan gambar dari peristiwa naas yang terjadi di Gereja St Anthony.
Dirinya pun melihat banyak mayat yang tergeletak di lantai, beberapa diantaranya masih mengenakan pakaian dan syal.
Sebagian besar atap gereja itu terlihat rusak akibat ledakan dahsyat tersebut.
Genteng, kaca dan serpihan kayu pun terlihat berserakan di lantai, tampak pula genangan darah.
Baca: Tawuran Ormas dan Warga di Magelang Berawal dari Masalah Pribadi
Baca: Di Hari Kartini, Bunga Citra Lestari Ingin Berbagi Inspirasi
Dikutip dari laman Asia Times, Senin (22/4/2019), Sumanapala, seorang saksi yang tengah menjaga tokonya di dekat gereja bersejarah tersebut, kaget mendengar ledakan yang tidak jauh dari tempatnya berada saat itu.
"(Setelah bunyi ledakan), aku berlari ke dalam untuk membantu, orang yang memimpin kebaktian itu terlihat keluar dan berlumuran darah," kata dia.
"Itu sangat mengerikan, seperti lautan darah,".
Rangkaian ledakan yang terjadi di negara tersebut juga menghancurkan restoran yang ada di Hotel Shangri-La dan Cinnamon Grand, serta meluluhlantahkan Gereja St Sebastian di Negombo, bagian Utara Kolombo.
Sementara salah seorang keluarga korban, Gabriel menolak untuk menyebutkan nama keluarganya dan ia hanya mengatakan bahwa saudaranya tengah menghadiri Misa di gereja saat ledakan terjadi.
"Potongan atap jatuh menimpa kepalanya, dan ia mengalami pendarahan hebat dari telinganya itu," kata Gabriel.
"Kita semua shock, kami tidak ingin negara ini kembali ke masa lalu yang kelam, di mana kami harus hidup dalam ketakutan terjadi ledakan bunuh diri yang bisa saja menimpa kami sepanjang waktu,".
Sementara itu, Menteri Reformasi Ekonomi dan Distribusi Publik Sri Lanka, Harsha de Silva mengatakan bahwa dirinya telah mengunjungi dua hotel yang diserang dan juga Gereja St Anthony, lokasi yang ia sebut memiliki dampak terburuk.
"Saya melihat banyak korban mengenaskan," tulisnya dalam cuitan akun Twitternya.
Ia juga menulis, "banyak korban termasuk diantaranya orang asing,".