Lima Pipa Minyak di Suriah Disabotase, Pasokan BBM Semakin Sulit
Suriah dilaporkan mengandalkan pengiriman minyak melalui penggunaan kapal tanker ke pantai Mediterania.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, DAMASKUS - Lima jaringan pipa minyak lepas pantai di dekat kota Baniyas, bagian Barat Suriah rusak dalam serangan yang jelas dilakukan untuk merugikan negara itu.
Pernyataan tersebut disampaikan Kementerian Perminyakan Suriah pada hari Minggu waktu setempat.
Perbaikan pun kini tengah dilakukan dab pasokan minyak diperkirakan akan pulih dalam beberapa jam mendatang.
"Kami diberitahu kemarin tentang kebocoran minyak di Baniyas, penyelam spesialis dari perusahaan minyak Suriah kini sedang menyelidiki dan telah menemukan jejak kerusakan eksternal pada lima pipa," tulis Kementerian tersebut dalam laman Facebook.
Baca: Tes Kepribadian: Gambar Wajah atau Wanita Berparasut? Ungkap Apakah Anda Tipe Toleran atau Pemikir
Baca: Ramalan Zodiak Hari Ini 24 Juni 2019 - Cancer Akan Jadi Pusat Perhatian, Scorpio Jangan Main Mata
Baca: Gisella Anastasia Jawab Rumor Foto Pra Wedding Bareng Wijin di Australia
Baca: Bursa Transfer: Pamit dari PSG, Dani Alves Pindah ke Klub Liga Inggris?
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (24/6/2019), peristiwa ini dilaporkan sebagai serangan perdana terhadap jaringan pipa bawah air, sejak terjadinya perang saudara di Suriah yang dimulai pada delapan tahun silam.
Perlu diketahui, kota Baniyas merupakan rumah bagi salah satu dari dua kilang minyak Suriah, sedangkan kilang minyak lainnya terletak di kota Homs.
Suriah dilaporkan mengandalkan pengiriman minyak melalui penggunaan kapal tanker ke pantai Mediterania.
Menurut The New York Times, Suriah dilanda kekurangan bahan bakar sebagian besar diakibatkan oleh sanksi yang diberlakukan negara Barat terhadap Suriah serta perpanjangan sanksi AS terhadap Iran.
Suriah sebelumnya memproduksi minyak 350.000 barel per hari, hingga akhirnya negara itu dilanda perang sipil pada 2011 dan hanya bisa mengekspor lebih dari setengahnya.
Negara ini kini memproduksi sekitar 24.000 barel per hari, hanya mencakup sebagian kecil dari kebutuhan domestik.
Suriah telah berada dalam kondisi perang saudara sejak 2011, saat protes yang dilakukan massa anti-pemerintah terhadap Presiden Bashar al-Assad dan partai yang berkuasa meningkat menjadi konfrontasi bersenjata antara pasukan pemerintah dan oposisi Suriah.
Selain memerangi pemberontak dalam konflik yang tengah berlangsung itu, pasukan pemerintah juga harus melawan kelompok-kelompok ekstremis dan teroris, termasuk ISIS.
Rusia pun telah mendukung Assad sebagai otoritas Suriah yang sah serta berkontribusi dalam menemukan solusi politik terkait krisis di negara yang dilanda konflik itu.