Menlu Iran Beberkan Pesawat Mata-mata AS yang Ditembak Jatuh Mengintai Sejak Akhir Mei
Peta tersebut memperlihatkan bahwa pesawat MQ-9 AS memasuki wilayah pesisir Asaluyeh di provinsi Bushehr pada 26 Mei 2019.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif memposting sebuah peta dalam akun Twitter pribadi yang menunjukkan bahwa pesawat mata-mata milik Amerika Serikat (AS) yang ditembak jatuh pada 20 Juni, telah memasuki wilayah udara Iran sejak Mei lalu.
Peta tersebut memperlihatkan bahwa pesawat MQ-9 AS memasuki wilayah pesisir Asaluyeh di provinsi Bushehr pada 26 Mei 2019.
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (24/6/2019), UAV menerima total tiga peringatan atas pelanggaran perbatasan.
Dari peta yang diposting Zarif, memperlihatkan bahwa setelah meninggalkan wilayah udara Iran, pesawat tersebut juga berputar di dekat perbatasan negara itu untuk beberapa saat.
Baca: Deddy Corbuzier Mualaf, Kalina Oktarani Bebaskan Anaknya Memilih Agama
Baca: Warga Banten Ramaikan Festival “Millennial Road Safety”
Baca: Mau Bebas Keliling Jakarta? Sewa Mobil Saja di Traveloka
Baca: Gempa Hari Ini - BMKG Catat Gempa Hampir Bersamaan di Mamberamo Tengah Papua dan Palu
Zarif pun mengaitkan langkah tersebut dengan sekelompok 'elang' Presiden AS Donald Trump yang disebut tengah mencoba menyeret negara adidaya itu ke dalam perang dengan Iran.
Terkait tudingan ini, pihak AS pun belum berkomentar.
Zarif sebelumnya memposting rincian peta yang menunjukkan jalur penerbangan drone AS yang ditembak jatuh pada 20 Juni 2019.
Termasuk lokasi di mana pesawat mata-mata itu dihancurkan oleh pertahanan udara Iran.
Peta tersebut secara eksplisit menunjukkan bahwa drone memasuki wilayah udara Iran pada beberapa kesempatan dan menerima banyak peringatan hingga akhirnya ditembak jatuh.
Kendati demikian, pihak AS melalui Pentagon menegaskan bahwa drone itu terbang di atas perairan netral di Teluk Oman.
Setelah serangan terhadap drone miliknya, AS kemudian merencanakan serangan balasan terhadap Iran, namun secara tiba-tiba 'dihentikan' oleh Trump, 10 menit sebelum serangan dimulai.
Trump menyampaikan bahwa serangan dapat mengakibatkan jatuhnya banyak korban dan membuat peristiwa itu menjadi tidak proporsional karena yang ditembak jatuh Iran adalah pesawat tak berawak.
Perlu diketahui, pesawat tanpa awak MQ-9 Reaper yang disebutkan dalam tweet Zarif terkait insiden 26 Mei, digunakan oleh AS pada banyak kegiatan.
Bukan hanya untuk pengintaian saja, namun juga untuk melakukan serangan militer terhadap target di wilayah musuh.
Sebelumnya, pada 20 Juni lalu, Iran menjatuhkan pesawat mata-mata AS karena dianggap melanggar wilayah udara negara itu.
Militer AS pun mengkonfirmasi bahwa pesawat tesebut ditembak jatuh namun membantah tudingan Iran dan menyebut pesawat tengah terbang di wilayah udara internasional di Selat Hormuz.