5 Negara Ini Jadi Contoh Indonesia dalam Pemindahan Ibu Kota, Mana Saja?
Berikut lima negara yang menjadi contoh Indonesia dalam pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur. Mana sajakah kelima negara tersebut?
Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
Kota ini masuk sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO karena modernitas dan perkembangannya.
Sementara itu, tujuan pemindahan ibu kota Brazil ke Brasilia adalah untuk memperbarui kebanggaan nasional dengan membangun ibu kota modern di abad 21.
Selain itu, pemindahan ibu kota bertujuan meningkatkan kesatuan nasional dengan membuka lahan kosong di tengah-tengah Brazil.
3. Putrajaya, Malaysia
Putrajaya menjadi pusat administrasi Malaysia yang menggantikan posisi Kuala Lumpur.
Kota ini berjarak 25 km dari Kuala Lumpur.
Putrajaya memiliki wilayah seluas 4.900 hektar.
Rencana jumlah penduduk dicanangkan sebanyak 330.000 jiwa.
Dengan biaya sebesar 8 Milyar USD, periode pembangunan dilakukan selama lima tahun, yakni 1996-2001.
Tujuan pemindahan ke Putrajaya adalah untuk memisahkan pusat keuangan dan ekonomi (Kuala Lumpur) dengan pusat administrasi pemerintahan federal (Putrajaya).
4. Canberra, Australia
Pada abad ke-19, Melbourne dan Sydney menjadi dua kota terbesar di Australia.
Kekuatan di masing-masing kota menimbulkan kesulitan untuk menetapkan ibu kota.
Pada tahun 1913, terbentuklah Canberra sebagai ibu kota Australia.
Tujuan pemindahan ibu kota ke Canberra adalah bahwa persatuan 5 koloni di Australia yang membentuk federasi, sehingga membutuhkan ibu kota negara.
Selain itu, Canberra dipilih untuk mengakhiri debat panjang memilih Melbourne atau Sydney sebagai ibu kota.
Canberra berlokasi sejauh 472 km dari ibu kota Australia sebelumnya, Melbourne.
Ibu kota ini memiliki luas sebesar 814 km2.
Sebanyak 388.000 jiwa menghuni kota yang dijuluki sebagai "Hutan ibukota" ini.
Pembangunan Canberra tahap satu sebagai ibu kota baru membutuhkan waktu selama 26 tahun, yakni pada 1901-1927.
5. Astana, Kazakhstan
Astana ditetapkan sebagai ibu kota negara Kazakhstan pada tahun 1997.
Sebelumnya, Almaty menjadi ibu kota Kazakhstan sebelum dipindah ke Astana.
Berdasarkan JICA tahun 2001, Astana dipilih menjadi ibu kota baru karena dianggap sebagai "Center of the Eurasian Continent".
Dengan kata lain, Astana menjadi representasi kebijakan luar negeri berorientasi multivektor.
Selain itu, Astana menjadi wajah ibu kota baru yang merepresentasikan simbol citra negara.
Pemilihan Astana juga diharapkan dapat meningkatkan kesatuan nasional.
Kota ini memiliki luas sebesar 71.000 hektar.
Pada tahun 2030, diharapkan kota ini telah dihuni sekitar 800.000 jiwa.
Total biaya yang dibutuhkan untuk membangun Astana sebesar USD 9.000 juta.
Biaya tersebut mencakup USD 4.560 juta (50,7%) berasal dari pemerintah, USD 2.970 juta (33%) berasal dari Swasta, dan USD 1.470 juta (16,3%), dan Investasi Asing (16,3%).
Pada 20 Maret 2019 lalu, Astana berubah nama menjadi Nursultan.
Perubahan nama ini sebagai penghormatan Presiden Nursultan Nazarbayev yang mengundurkan diri setelah menjabat selama hampir 30 tahun.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.