Belajar dari Australia, Padamkan Kebakaran Hutan dan Lahan Tanpa Menggunakan Air
Dia menjelaskan kondisi udara Indonesia yang sedang kering saat ini menyebabkan biomassa menjadi kering sehingga mudah terbakar.
Editor: Hasanudin Aco
Meski persediaan air di dam kota itu tinggal tiga hingga empat bulan, namun Walikota Dobie menyatakan tak ragu menggunakannya sebab prioritas saat ini memadamkan api.
Akibat masalah kekeringan dan kekurangan air, membuat petugas terkait kini memikirkan alternatif untuk mengatasi kebakaran.
Para petugas pemadam di sana telah menggunakan teknik pemadaman kering, yaitu membuat penghalang untuk mencegah terbakarnya bahan organik.
Teknik pemadaman kering dilakukan dengan menggunakan alat-alat tangan termasuk cangkul, membuat jalur penahan api serta menggunakan penghambat api.
"Mereka menggunakan ekskavator dan buldoser untuk membuat jalur selebar 20 meter di sekitar kobaran api," kata Walikota Dobie.
Strategi ini akan semakin penting mengingat musim panas baru akan berlangsung beberapa bulan mendatang.
Dinas Pemadam Kebakaran di negara bagian New South Wales (NSW) juga mempertimbangkan teknik pemadaman kering.
"Kebakaran tak bisa dipadamkan dengan teknologi yang biasanya dipakai karena adanya faktor kekeringan ekstrim," jelasnya.
Teknik pemadaman dengan helikopter dan pesawat water bom yang semakin sering digunakan, menurut Prof Bowman, tidak sustainable dan mahal.
Situasi kebakaran saat ini, katanya, menjadi momentum untuk mengubah pendekatan dalam upaya mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
Prof Bowman menambahkan, lahan untuk hunian penduduk serta cara membangun rumah kini sudah perlu ditinjau kembali.
"Lanskap tempat tinggal kita semakin berbahaya dengan datangnya perubahan iklim," jelasnya.
"Para petugas pemadam telah menyaksikan perilaku api yang di luar bayangan mereka. Dan ini tak hanya terjadi di Australia," kata Prof Bowman lagi.
"Inilah wujud perubahan iklim itu dan kita perlu memahami apa yang sedang terjadi," paparnya.