Ternyata 90% Produksi Sarung Tangan di Jepang Berasal dari Kota Higashi Kagawa
Kesempatan bagi industri sarung tangan untuk datang ke Kagawa Timur sudah ada sejak zaman Meiji.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Selama ini kota Kagawa atau Perfektur Kagawa terkenal dengan udonnya.
Namun ternyata produksi terbesar sarung tangan di Jepang, mulai satung tangan bagi pekerja pabrik, sarung tangan ibu-ibu dan sebagainya, 90% berasal dari Higashi Kagawa atau kota Kagawa Timur di perfektur Kagawa.
"Orang Kagawa sangat gigih sekali dalam berusaha. Dulu sempat membuat garam dan gula, karena banyak sekali produk impor menghantam masuk, beralih ke bisnis lain dan bangkit kembali," papar Aiko Takayama seorang warga Kagawa kepada Tribunnews.com Kamis ini (5/12/2019).
Kesempatan bagi industri sarung tangan untuk datang ke Kagawa Timur sudah ada sejak zaman Meiji.
Dimulai pada tahun 1888 ketika penduduk setempat bernama Futago Shunrei, yang tinggal di Higashi-Kagawa, melarikan diri dengan seorang wanita yang dicintainya.
Mereka tidak mungkin menikah dengan kehendak mereka, sehingga pindah ke Osaka dan tinggal di sana (kawin lari).
Kemudian mereka membuat sarung tangan yang mulai mencari nafkah bagi kehidupannya sehari-hari.
Untuk membantu dan memperluas bisnis kedua orang ini, sepupu Tanatsugu Tatsukichi dan yang lainnya bergabung dengan manajemen.
Pada tahun 1892, bahkan setelah kematian Shunrei, Tatsukichi terus melanjutkan usahanya tersebut.
Sementara itu usaha lagi menurun di Higashi Kagawa, kota asal mereka.
Perfektur Kagawa pada awalnya memiliki iklim hangat dengan sedikit curah hujan, dan merupakan daerah di mana industri gula dan industri garam dikembangkan.
Gula putih, yang berasal dari Higashi Kagawa, dan garam, yang membanggakan produksi tertinggi di negara itu pada akhir periode Edo, cocok untuk kondisi iklim dengan hujan ringan.
Namun, pada paruh kedua periode Meiji, volume produksi menurun karena peningkatan impor gula dan garam dari negara lain, dan industri mulai menurun.
Kehidupan mereka yang terlibat dalam industri tersebut menjadi sulit.
Sebagai upaya bangkit dari situasi seperti itu, konsultasi dilakukan dengan Tatsukichi, yang telah memproduksi sarung tangan di Osaka, sehingga teknologi itu dibawa pulang ke Higashi Kagawa dan produksi sarung tangan dimulai di Higashi Kagawa.
Hampir 130 tahun telah berlalu sejak itu.
Banyak perusahaan telah ditipu dan dikonsolidasikan karena berbagai peristiwa sejarah seperti perang, reaksi dari akhir perang, dan depresi global.
Industri sarung tangan berkembang dan Higashi Kagawa terus menjadi daerah penghasil sarung tangan terbaik di Jepang.
Bisnis sarung tangan tidak berubah sampai kini sekali pun terbesar di Jepang dari Kagawa.
Lahir pula pengusaha Fumi Matsushita, Kini berusia 32, memproduksi sarung tangan dan menyumbang sekitar 90 persen dari produksi sarung tangan domestik.
Industri lokal, yang memiliki konsentrasi tinggi pembuat kulit, rajutan, dan jenis sarung tangan lainnya, baru-baru ini terancam oleh eksodus basis manufaktur ke lokasi di luar negeri dan penuaan para pengrajin kota.
Matsushita, yang bekerja dalam perencanaan penjualan dan barang dagangan di pembuatan barang elektronik Sharp Corp hingga 2015, akhirnya kembali ke kota asalnya Kagawa untuk “membalas budi” dan mendirikan mereknya sendiri, Tet., pada musim gugur 2016.
Sejak itu, ia telah memperluas kerja sama dengan produsen lokal dan menyebarkan informasi tentang industri sarung tangan lokal di jejaring sosial.
Saat ini, terutama wanita kerajinan berusia 50-an hingga 70-an yang mempertahankan produksi sarung tangan, yang membutuhkan keterampilan menjahit yang canggih.
Karena mereknya dikenal dengan keindahan desain dan fungsionalitas produknya, barang Tet telah sampai ke rak-rak department store di Tokyo dan Osaka.
Penjualan antara April dan Juli dari sarung tangan untuk perlindungan matahari jumlahnya dua kali lipat dari tahun sebelumnya, dan jumlah produsen lokal yang bekerja untuk Tet. juga diperkirakan akan berlipat dua menjadi delapan perusahaan pada akhir tahun ini, dari empat perusahaan ketika didirikan.
“Saya berharap branding (sarung tangan lokal) mendapatkan kesempatan yang baik bagi kalangan muda untuk mewarisi tradisi (pembuatan sarung tangan),” kata Matsushita tahun lalu.
Diperkirakan ada 20 perusahaan besar pembuat sarung tangan di Kagawa saat ini dan keberlangsungan mereka terancam oleh semakin sedikitnya penduduk saat ini.
Namun yang tercatat di dalam Asosiasi Sarung Tangan Jepang di Kagawa ada 79 perusahaan per tahun 2019 ini.
Bagi para penggemar Jepang serta pengamat bisnis Jepang dapat berkumpul berdiskusi lewat WAG Pecinta Jepang, silakan kirimkan nomor whatsapp email ke: info@jepang.com