Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Makin Panas, Iran Ungkap Kemungkinan Langgar Kesepakatan Nuklir, Kecuali Amerika Mau Hapus Sanksi

Pasca terbunuhnya Qassem Soleimani, Iran dan Amerika Serikat semakin memanas. Iran mengumumkan kemungkinan untuk melanggar kesepakatan.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Makin Panas, Iran Ungkap Kemungkinan Langgar Kesepakatan Nuklir, Kecuali Amerika Mau Hapus Sanksi
tasnimnews
Mayor Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Khusus Iran. 

TRIBUNNEWS.COM - Pasca terbunuhnya Komandan Brigade Quds Garda Revolusi Iran, Qassem Soleimani oleh Amerika Serikat, hubungan kedua negara semakin memanas.

Iran mengumumkan kemungkinan untuk tidak lagi mematuhi segala batasan yang telah ditetapkan dalam kesepakatan nuklir tahun 2015 silam.

Dilansir The Guardian, sebuah pernyataan yang disiarkan televisil, pemerintah mengungkapkan Iran tak akan lagi membatasi pengayaan uranium, stok uranium, maupun penelitian dan pengembangan nuklir.

Akan tetapi, langkah tersebut akan ditarik jika Washington mencabut sanksi-sanksi yang diberlakukan untuk Teheran.

Pernyataan tersebut diungkapkan pemerintah Iran beberapa jam setelah ratusan ribu warga Iran yang turun ke jalan untuk berduka cita atas kematian Suleimani.

Ratusan ribu pelayat menyambut kedatangan jenazah Qassem Soleimani.
Ratusan ribu pelayat menyambut kedatangan jenazah Qassem Soleimani. (Istimewa)

Diketahui, jenazah Soleimani akan dibawa melalui kota Ahvaz dan Mashhad.

Pemakaman Soleimani akan dilangsungkan pada Selasa (7/1/2020) waktu setempat.

Berita Rekomendasi

Para warga memadati kota Mashhad saat peti mati Soleimani diarak menuju kuil Imam Reza.

Dengan mengenakan pakaian hitam, para warga menyerukan balas dendam terhadap Amerika Serikat.

Foto Soleimani juga diangkat oleh para warga.

Sementara itu parlemen Irak mendesak pemimpinnya untuk menarik pasukan dari koalisi pimpinan Amerika Serikat.

Seruan penarikan tersebut dimungkinkan sebagai tanda akan adanya serangan balik dari pembunuhan Soleimani.

Wacana penarikan pasukan Irak pun mendapat dukungan dari pendukung Soleimani.

Diketahui, Jumat (3/1/2020), Jenderal Iran Qasem Soleimani tewas di Baghdad dalam serangan udara Amerika Serikat.

Bendera Merah

Iran pun merespons kejadian tersebut dengan mengibarkan bendera merah di atas Masjid Jamkaran, di Kota Suci Syiah Qom, Iran.

Pengibaran bendera tersebut disiarkan secara langsung atau live di stasiun-stasiun televisi.

Diketahui ini merupakan pertama kali sepanjang sejarah, bendera merah dikibarkan di atas Masjid Jamkaran.

Bendera merah telah berkibar di Iran.
Bendera merah telah berkibar di Iran. (The Sun)

Arti Pengibaran Bendera Merah

Dilansir Kompas.com dari  The Times of India, bendera merah Iran ini berarti panggilan untuk melakukan pembalasan terhadap kematian Soleimani.

Bendera merah dalam tradisi Syiah melambangkan darah yang tumpah secara tidak adil dan sebagai panggilan untuk membalas seseorang yang terbunuh.

Konon, bendera merah dikibarkan di tempat suci Imam Hussain di Karbala setelah kematiannya dalam Pertempuran Karbala (680 M).

Sejak saat itu bendera tersebut belum diturunkan sampai sekarang.

Sejalan dengan tradisi Syiah, bendera itu hanya akan diturunkan begitu kematian Imam Hussain dibalas.

Sementara saat ini, pengibaran bendera merah menggarisbawahi keseriusan seruan Iran untuk membalas kematian Soleimani.

Persenjataan Iran

Bergejolaknya hubungan Iran dan Amerika Serikat pun menjadi perhatian internasional.

Sementara itu, pada awal 2019 silam, Iran mengumumkan keberhasilan menggelar uji coba rudal jelajah terbarunya.

Dilansir Kompas.com, Teheran mengumumkan sukses meluncurkan rudal jelajah yang mampu menjangkau jarak hingga 1.200 kilometer.

Hal itu bertepatan dengan peringatan 40 tahun revolusi Islam yang terjadi di iran pada 1979.

Rudal tersebut dinamai Hoveizeh.

"Uji coba rudal jelajah Hoveizeh telah dilakukan dengan sukses pada jarak 1.200 kilometer dan secara akurat mampu mengenai sasaran," kata Menteri Pertahanan Iran, Amir Hatami, seperti dikutip stasiun televisi pemerintah, 2 Januari 2019.

Jarak jangkauan rudal jelajah Hoveizeh tersebut masih ada dalam batas jangkauan misil yang ditentukan Iran secara sukarela, yakni 2.000 kilometer.

Meski jangkauan rudal dibatasi, namun rudal Iran masih dapat mencapai Israel maupun pangkalan-pangkalan negara Barat yang ada di Timur Tengah.

"Iran tidak memiliki niat untuk meningkatkan jangkauan rudalnya," kata sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Laksamana Ali Shamkhani, Selasa (29/1/2019).

Nama rudal jelajah terbaru Iran tersebut mengambil dari sebuah kota di Provinsi Khuzestan barat daya yang hancur pada 1980-1988 dalam perang melawan pasukan Irak di bawah Saddam Hussein.

Diketahui saat ini Iran saat masih terkekang oleh kesepakatan 2015 dengan negara-negara besar dunia dalam mengembangkan teknologi rudal balistik.

Di bawah Resolusi 2231 Dewan Keamanan PBB yang diadopsi untuk kesepakatan itu, menyerukan agar Iran tidak melakukan aktivitas yang berkaitan dengan rudal balistik yang akan memberinya kemampuan persenjataan nuklir.

(Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto) (Kompas.com/Mela Arnani/Agni Vidya Perdana)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas