Pasca-Serangan ke Pangkalan Militer AS di Irak, Iran Minta Amerika Tarik Pasukan dari Timur Tengah
Tentara Iran menuntut Amerika Serikat (AS) untuk menarik pasukannya dari Timur Tengah.
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Tentara Iran menuntut Amerika Serikat (AS) untuk menarik pasukannya dari Timur Tengah.
Pernyataan itu disampaikan oleh Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mohammad Baqeri seperti dilaporkan Sputniknews yang disiarkan oleh televisi pemerintah.
Hal itu dilontarkan Mohammad Baqeri pascaaksi Iran yang melancarkan serangan dengan mengirim rudal balistik ke pangkalan militer Amerika Serikat di Irak pada Rabu (8/1/2020) dinihari waktu setempat.
Secara tersirat, aksi tersebut dilancarkan Iran agar pihak AS memahami kekuatan yang dimiliki Iran.
"Sekarang setelah mereka memahami kekuatan kami, saatnya bagi Amerika Serikat untuk menarik pasukannya dari Timur Tengah," kata Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mohammad Baqeri.
Iran mengirim serangan ke pangkalan militer AS di Ain Al Asad Provinsi Anbar Irak pasca kematian Qasem Soleimani dengan menggunakan 15 rudal jelajah.
Serangan ini dilakukan langsung pasukan artileri Korps Garda Republik Iran atau Islamic Revolutionary Guards Corps (IRGC).
IRGC memperingatkan AS agar tidak membalas serangan tersebut. Namun jika pihak AS membalasnya, Iran akan memberikan respon yang lebih jauh lagi.
Dilaporkan kantor berita semi-resmi Fars, 80 personel tentara AS tewas dalam serangan itu, sementara sekitar 200 personel lainnya mengalami luka-luka.
"Menurut laporan yang dikirim oleh sumber kami di wilayah itu untuk saat ini, setidaknya 80 personel pasukan AS telah tewas dan sekitar 200 lainnya terluka," kata Departemen Intelijen IRGC.
Namun demikian, laporan Fox News yang menutip juru bicara militer AS untuk pasukan Amerika di Timur Tengah menyatakan tidak ada korban dalam aksi serangan tersebut.
Sepuluh rudal menghantam pangkalan udara Al-Assad, satu rudal ke pangkalan militer di Erbil dan empat rudal gagal mencapai target.
Serangan itu dilancarkan dalam dua gelombang, masing-masing berselang satu jam.
"Tidak ada jatuh korban dari AS," seorang pejabat militer AS di Baghdad mengatakan kepada Fox News.