Iran Siap Tembakkan Ratusan Rudal Jika Amerika Serikat Lakukan Serangan Balasan
Namun, operasi besar tersebut dapat terjadi apabila Amerika Serikat melakukan serangan balasan
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Sementara itu AS mengatakan "siap untuk terlibat tanpa prasyarat dalam perundingan serius" dengan Iran.
Dalam sebuah surat kepada PBB, AS membenarkan upaya pembunuhan terhadap Soleimani sebagai tindakan membela diri.
Bagaimana Ketegangan AS-Iran Bermula?
Ketegangan Teheran-Washington mulai meningkat pada 2018 setelah Presiden Trump menyatakan AS menarik diri dari kesepakatan nuklir antara Iran dan sejumlah negara besar Kesepakatan nuklir pada 2015 antara Iran, AS, China, Rusia, Jerman, Perancis, dan Inggris itu mencabut sanksi atas Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.
Kesepakatan itu dimaksudkan untuk membatasi program nuklir Iran dan mencegahnya membuat senjata nuklir.
Namun demikian, Trump menginginkan kesepakatan baru yang juga akan mengekang program rudal balistik Iran dan keterlibatannya dalam konflik regional.
AS juga memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran, yang membuat ekonomi negara itu merosot tajam.
Pembunuhan atas Soleimani terjadi ketika terjadi pertentangan tajam antara AS dan Iran, yang didukung kelompok-kelompok militannya.
Sengkarut itu muncul akibat kematian seorang kontraktor militer AS dalam serangan rudal di sebuah pangkalan AS di Irak.
AS menanggapinya dengan serangan udara terhadap kelompok milisi yang didukung Iran, Kataib Hezbollah.
Kelompok milisi kemudian membalasnya dengan menyerang kedutaan AS di Baghdad. Soleimani dianggap sebagai teroris oleh pemerintah AS.
Ia dianggap bertanggung jawab atas kematian ratusan tentara AS dan berencana melakukan serangan "dalam waktu dekat".
Sejauh ini AS belum memberikan bukti tentang hal ini.
Iran bersumpah akan melakukan "balas dendam" atas kematian Soleimani.