China Diduga Kuat Melakukan Genosida Budaya Uighur
Ada sebuah bangunan di tengah ladang pohon kenari nan gersang di desa berdebu di selatan Provinsi Xinjiang, Republik Rakyat China.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, CHINA - Bayangkan ini. Ada sebuah bangunan di tengah ladang pohon kenari nan gersang di desa berdebu di selatan Provinsi Xinjiang, Republik Rakyat China.
Fasilitas itu dikelilingi dinding tembok tinggi, dua lapis kawat berduri, dengan kamera terpasang di setiap sudutnya.
Seorang penjaga mengenakan helm hitam dan rompi pelindung dengan detektor logam terpasang di pintu masuk.
Inikah yang disebut sekolah?
Tulisan yang diakhiri dengan satu pertanyaan menggugat tersebut dapat dibaca pada alinea awal rubik opini The Washington Post, Sabtu, 11 Januari 2020, dengan judul ”China Menyebut Mereka ’Siswa yang Baik Hati’”.
Sebenarnya mereka adalah para korban genosida budaya. Fasilitas yang sering diklaim China sebagai fasilitas ”pendidikan (sekolah) kejuruan” itu lebih mirip penjara atau kamp konsentrasi.
Baca: 3 Kapal Perang TNI AL Usir Puluhan Kapal Ikan China di Natuna
Sebutan ”siswa yang baik hati” kepada para penghuni fasilitas tersebut merujuk pada kemurahan hati Partai Komunis yang membuat pengaturan khusus atas mereka.
Namun, pengaturan itu sebenarnya ibarat peribahasa ada udang di balik batu. Ada misi yang lain di balik pengaturan khusus tersebut, yakni ingin mencuci otak generasi muda warga etnis Uighur dan minoritas lainnya.
Gerbang sebuah fasilitas yang disebut China sebagai pusat pendidikan keterampilan kejuruan di Xinjiang, China barat.
Bangunan itu, yang baru-baru ini juga dijelaskan dalam sebuah artikel di The New York Times (NYT), menjadi bukti pemberangusan budaya dan bahasa rakyat terjadi setiap hari di kamp-kamp konsentrasi di Xinjiang, China barat. Bangunan tersebut sebenarnya sekolah berasrama dan bagian upaya China untuk menghapus pola pikir warga etnis Uighur dan lainnya, termasuk Kazakh.
”Mereka adalah Muslim Turki dan sekitar 1,8 juta dari mereka sekarang dipenjara di kamp-kamp yang disebut China sebagai fasilitas ’pendidikan kejuruan’, tetapi lebih mirip penjara,” tulis media Amerika itu.
Seperti yang diungkapkan NYT dan penelitian lain yang diterbitkan baru-baru ini, upaya China untuk mengikis tradisi Uighur dimulai dari yang termuda. Anak-anak itu dipisahkan dari orangtua mereka yang telah lebih dahulu dijebloskan ke kamp-kamp tahanan terpencil. Anak-anak itu kemudian diindoktrinasi secara intensif di tempat-tempat yang dilaporkan sebagai ”sekolah berasrama” . Hak mereka beribadah pun dibatasi di dalam fasilitas tersebut.
Baca juga: Hak Ibadah Muslim Uighur di Xinjiang Dibatasi
Tujuan dari pengaturan khusus, kata media AS, adalah untuk menghapus ingatan mereka pada bahasa dan tata budaya Uighur dan menggantikannya dengan rasa hormat yang dipaksakan kepada Partai Komunis China yang berkuasa dan tradisi penduduk mayoritas etnis Han.
Adrian Zenz dari Victims of Communism Memorial Foundation telah mendokumentasikan bahwa di beberapa daerah mayoritas Uighur di Xinjiang selatan, pendaftaran anak prasekolah lebih dari empat kali lipat dalam beberapa tahun terakhir, melebihi rata-rata tingkat pertumbuhan pendaftaran nasional, yakni lebih dari 12 kali lipat.