China Diduga Kuat Melakukan Genosida Budaya Uighur
Ada sebuah bangunan di tengah ladang pohon kenari nan gersang di desa berdebu di selatan Provinsi Xinjiang, Republik Rakyat China.
Editor: Hasanudin Aco
Habibullah Kuseni, kepala sekolah tersebut, kepada AFP mengatakan, lebih dari 100 anak korban kekerasan Xinjiang ditampung di sekolah itu. Ada 26 anak kehilangan salah satu orangtua dan tujuh orang kehilangan kedua orangtua setelah orangtua mereka dijebloskan ke rumah tahanan di Xinjiang.
Kementerian Luar Negeri Turki mengkritik perlakuan China terhadap minoritas Muslim dan menyerukan penutupan kamp-kamp interniran Uighur.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, akhir Desember lalu, mengecam perlakuan China terhadap penduduk Uighur. Ia menuding Partai Komunis China berusaha menghapus budaya dan kepercayaan warga Uighur dan minoritas lainnya yang membentuk 45 persen penduduk Xinjiang.
Baca juga: Uighur, Mayoritas yang Minor
Pemerintah China mengecam Pompeo yang mengatakan Beijing sedang berupaya menghapus budaya dan kepercayaan Uighur di Xinjiang. Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, menolak keras pernyataan Pompeo.
Geng mengatakan, aktivitas China di Xinjiang sama seperti upaya-upaya deradikalisasi di negara-negara lainnya. Geng mengeluh karena para politisi AS ”menghujat kebijakan China terhadap Xinjiang dan dengan terang-terangan mencampuri urusan dalam negeri China”.
Sekalipun Beijing terus menyangkal, pengaduan dan laporan tentang adanya kekerasan di Xinjiang semakin mengglobal. Para pelarian memberikan kesaksian mereka mengenai adanya kekerasan fisik atas kaum minoritas tersebut.
Berita RekomendasiAparat intelijen China dicurigai berperan besar dalam berbagai operasi yang mendorong penangkapan yang disertai penahanan secara ilegal.
Mereka, baik warga minoritas dari etnis Uighur maupun warga etnis Kazakh, mengadukan kekerasan yang diduga dilakukan di luar hukum oleh otoritas lokal Xinjiang.
Aparat intelijen China dicurigai berperan besar dalam berbagai operasi yang mendorong penangkapan yang disertai penahanan secara ilegal yang disebut sebagai kamp ”pendidikan ulang” atau ”pendidikan kejuruan”.
Kecaman OKI dan PBB
Organisasi dan badan dunia, termasuk Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan PBB, sudah sering mengecam Beijing terkait kekerasan di Xinjiang. Namun, banyak pengamat, kelompok masyarakat sipil di sejumlah negara mempertanyakan mengapa banyak negara diam dan menyebut persoalan di Xinjiang sebagai masalah dalam negeri China.
Baca juga: Menyoroti Kekerasan atas Minoritas Muslim di Xinjiang
Menurut laporan Human Rights Watch (HRW) 2019 tentang kejadian 2018 di China, otoritas China secara dramatis telah meningkatkan represi dan pelanggaran sistemik terhadap 13 juta Muslim Turki, termasuk Uighur dan etnis Kazakh, di Xinjiang, China barat laut (http://www.hrw.org ).