Virus Corona Masih Menyerang, Muncul Penyakit Misterius yang Tewaskan 15 Orang
Di tengah wabah virus corona di China dan juga di beberapa negara yang terinfeksi, muncul sebuah penyakit misterius.
Penulis: garudea prabawati
Editor: bunga pradipta p
TRIBUNNEWS.COM - Di tengah wabah virus corona di China dan juga di beberapa negara yang terinfeksi, muncul sebuah penyakit misterius.
Penyakit misterius ini muncul di Nigeria yang telah menewaskan 15 orang dan menginfeksi puluhan lainnya.
Dilansir dari Independent.co.uk, Pemerintah Nigeria telah memperingatkan "epidemi aneh" dalam waktu kurang dari seminggu.
Wabah penyakit misterius itu, yang menyebabkan muntah, bengkak, dan diare, pertama kali tercatat akhir bulan lalu di Negara Bagian Benue, sebelah tenggara ibukota Abuja.
Pada 3 Februari, "jumlah orang yang terkena endemik aneh telah meningkat menjadi 104", kata senator Nigeria Abba Moro, menurut surat kabar Daily Post.
Ia juga menyerukan Pusat Pengendalian Penyakit Nigeria (NCDC) untuk menetapkan langkah-langkah pengawasan untuk menahan penyebarannya.
Baca: Proses Panjang Deteksi Novel Corona Virus di Indonesia
Osagie Ehanire, menteri kesehatan, mengatakan dalam sebuah pengarahan pada hari Jumat bahwa penyakit itu tampaknya bukan demam Ebola atau Lassa yakni dua virus yang berpotensi fatal yang terjadi di Afrika Barat.
Juga tampaknya bukan Virus Corona, yang berasal dari Wuhan Cina yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 700 orang.
Disebutkan penyakit misterius tersebut para korban yang terserang, semuanya diduga meninggal dalam waktu 48 jam setelah tertular penyakit tersebut.
Resolusi itu mendesak kementerian kesehatan negara itu untuk mengirim para ahli ke pusat wabah untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit ini.
Sementara itu dilansir dari The Guardian, Menteri Kesehatan, Osagie Ehanire, telah mengungkapkan bahwa penyelidikan medis awal telah mengungkapkan bahwa penyakit “aneh” yang telah merenggut beberapa nyawa di Negara Bagian Benue bukanlah Lassa Fever.
“Untuk saat ini, penyelidikan medis belum mendeteksi penyakit apa tersebut yang menyerang, tetapi ada indikasi yang menunjukkan bahwa zat kimia yang digunakan untuk memancing para masyarakat. Tapi itu tergantung pada hasil penyelidikan lebih lanjut."
Baca: Harga Bawang Putih Melonjak hingga 70 Persen di Tengah Kekhawatiran Terhadap Wabah Virus Corona
Banyak orang dipastikan tewas di beberapa komunitas Benue, khususnya di Dewan Oye-Obi, di mana 15 kematian tercatat dan 104 lainnya terinfeksi sejak penyakit misterius itu pecah pada 29 Januari tahun ini.
Di sisi lain Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan di Nigeria sendiri dalam penilaian risiko tinggi terhadap virus Coronavirus, terutama karena seringnya perjalanan antara China dan Nigeria.
Badan kesehatan global itu mengungkapkan bahwa mereka memfokuskan upayanya pada sembilan negara bagian yang memiliki pelabuhan masuk, baik melalui udara atau air, termasuk Lagos, Kano, Cross River, Akwa Ibom, Port Harcourt, Enugu, Delta dan negara-negara Bayelsa dan Abuja, yang katanya adalah prioritas utamanya saat ini.
Petugas Teknis, Program Kesehatan dan Darurat WHO, Dr. Dhamari Naidoo, mengatakan kepada wartawan bahwa organisasi itu bekerja keras untuk mengidentifikasi titik-titik isolasi dan fasilitas perawatan di negara-negara yang berisiko tinggi.
Baca: Status Indonesia Negatif dari Virus Corona Justru Memicu Pertanyaan, Begini Tanggapan Kemenkes
Dia berkata: “Ini adalah fasilitas baru, tetapi kami bekerja untuk menyediakan peralatan dan sumber daya manusia."
“Kami juga berupaya memperkuat pengawasan kami di pelabuhan masuk, penyaringan suhu, dan pengamatan visual. Maskapai juga telah diinformasikan dan akan ada formulir perjalanan yang akan didistribusikan, sehingga kami dapat memantau wisatawan yang datang dari Tiongkok."
“Dalam hal kapasitas diagnostik, Lab Referensi Nasional di Gaduwa, Abuja, telah beroperasi pada akhir pekan ini dan secara resmi diumumkan oleh NCDC. Kami saat ini sedang bekerja dengan Lagos University Teaching Hospital (LUTH) untuk membangun dan menjalankannya akhir pekan ini. Kami akan memiliki lebih banyak laboratorium diagnostik di dalam negeri, menandakan bahwa mereka siap untuk menguji," terangnya.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)