Mantan Pilot Jepang Menentang Perubahan Rute Pesawat Internasional ke Daerah Hunian Shibuya
Hiroshi Sugie menentang perubahan rute pesawat internasional ke daerah penghunian Shibuya dan Shinagawa Tokyo mulai 29 Maret 2020.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Hiroshi Sugie, ahli penerbangan dan mantan pilot JAL selama 29 tahun menentang perubahan rute pesawat internasional ke daerah penghunian Shibuya dan Shinagawa Tokyo mulai 29 Maret 2020.
"Setahu saya tidak ada rute penerbangan internasional di mana pun yang berpindah masuk ke daerah penghunian seperti yang akan dilakukan pemerintah Jepang kepada Bandara Haneda mendatang," kata Hiroshi Sugie, Kamis (13/2/2020).
Sebagai pengecualian, kata Hiroshi Sugie untuk Bandara Yokota dan Atami karena terkait bandara militer kerja sama dengan militer AS.
"Saat ini hanya Yokota dan Atami yang penerbangannya melewati hunian karena itu penerbangan militer," tambahnya.
Diketahui Mulai 29 Maret mendatang rute penerbangan internasional ke Bandara Haneda yang semula sekitar 60.000 penerbangan per hari akan menjadi 99.000 penerbangan per hari atau lebih dari 1,5 kali peningkatan jumlah penerbangan.
"Sebenarnya dengan penerbangan domestik ada potensi maksimal 447.000 penerbangan per hari di Bandara Haneda. Berarti kapasitasnya memang masih sedikit digunakan saat ini meskipun naik menjadi 99.000 penerbangan sehari. Hal itu tampaknya sebagai cara untuk meredam klaim dari masyarakat karena kenaikan kelihatan kecil," ungkap Kepala tim penentang perubahan rute penerbangan Haneda, Kiwami Omura, yang sangat menentang perubahan rute tersebut.
Baca: Bocah 10 Tahun dari Australia di Kapal Diamond Princess Jepang Terinfeksi Virus Corona
Baca: Kemenkes RI Pastikan 78 WNI di Kapal Pesiar Diamond Princess Jepang Negatif Virus Corona
"Tapi kalau sudah berjalan demikian, kenaikan menjadi 99.000 penerbangan, maka bisa dinaikkan jumlah penerbangan dengan rute yang sama di masa depan. Itulah strateginya," ujar dia.
Rute saat ini Bandara Haneda melewati Teluk Tokyo Chiba yang sangat jarang hunian.
"Kemungkinan besar pemindahan rute itu ada kaitan pula dengan pengembangan bisnis yang lebih besar di masa depan di Tokyo karena akan semakin memudahkan masuk Haneda dengan rute yang baru," tambah Omura.
Bandara satu-satunya yang paling bahaya saat ini adalah Hong Kong namun akan berubah jadi Haneda nantinya.
"Saya juga pernah menerbangkan pesawat ke Bandara Hong Kong memang sulit sekali dan dalam waktu mendatang Haneda akan jadi bandara yang paling berisiko tinggi bahaya dan tingkat kesulitan tertinggi untuk pendaratan pesawat nantinya karena melewati daerah padat penghunian berisiko tinggi," lanjut Sugie.
Rute baru dirancang tidak hanya untuk meningkatkan jumlah kedatangan dan keberangkatan tetapi juga untuk mengurangi inefisiensi.
Baca: Moms, Kenali 4 Tanda Tanda yang Membuktikan Bahwa Bayi Anda Kelak Tumbuh Cerdas
Baca: Azizah Paparkan Visi Misi di Hanura Tangerang Selatan
Haneda adalah bandara tersibuk kedua di Asia setelah Beijing International, tetapi rute udara di sekitar Haneda telah dikenal sebagai sulit untuk terbang dan menantang bagi para pilot.
Kompleksitas mereka sebagian didorong oleh kebutuhan untuk menghindari terbang di atas pusat kota.
Dan karena pertimbangan untuk militer AS--yang sampai pengantar rute baru akan menikmati akses eksklusif ke ketinggian tertentu dari ruang udara di atas wilayah barat Tokyo, dikenal sebagai Yokota Air Space.
Sampai Tokyo dan Washington mencapai kesepakatan pada Januari 2019, beberapa penerbangan sipil di barat tidak dapat terbang melalui zona udara sama sekali terkait Bandara Yokota.
Saat ini mereka harus melakukan pendakian yang curam setelah berangkat dari Haneda untuk menghindari ketinggian yang dikontrol AS dalam ruang udara.
Namun dengan rute baru nantinya idak lagi diperlukan pendakian yang curam.
Info lengkap dan diskusi Jepang bisa bergabung ke WAG Pecinta Jepang kirimkan email nama lengkap dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com