Lembaga Energi Atom Internasional Sebut 189 Insiden Nuklir dan Radioaktif Terjadi Di 2019
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada 2019 lalu menerima nyaris 190 laporan terkait insiden nuklir dan bahan radioaktif
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WINA - Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada 2019 lalu menerima nyaris 190 laporan terkait insiden nuklir dan bahan radioaktif lainnya yang berada di luar kendali regulasi.
Termasuk beberapa diantaranya kasus perdagangan manusia dan kegiatan kriminal lainnya.
Data ini diserahkan ke Basis Data Insiden dan Perdagangan Manusia (IADB) IAEA oleh negara anggota secara sukarela.
Kemudian disorot dalam lembar fakta tahunan yang diterbitkan selama konferensi tingkat menteri IAEA yang berlangsung pada pekan lalu tentang upaya memperkuat keamanan nuklir dan melawan ancaman terorisme nuklir.
Dikutip dari laman www.iaea.org, Senin (17/2/2020), dengan partisipasi dari 140 negara, basis data memang memainkan peran penting dalam upaya pembinaan kerja sama internasional dan berbagi informasi antar negara.
Upaya lebih dari 100 negara itu dalam melaporkan materi yang hilang atau dicuri ke ITDB IAE, tentunya membuat mereka memiliki peluang dalam langkah pemulihan dan meminimalisir upaya penggunaan materi itu untuk kegiatan kriminal.
Informasi ini tidak hanya dibagikan kepada IAEA, namun juga negara anggota lainnya serta organisasi internasional terkait.
Direktur Divisi Keamanan Nuklir IAEA Raja Adnan menyebutkan fungsi ITDB yang membantu IAEA dalam mengamankan penggunaan nuklir dari masing-masing negara anggota.
"Sebagian aset dalam IAEA itu untuk memperkuat keamanan nuklir, ITDB memungkinkan kami untuk mengidentifikasi ancaman dan tren, sehingga kami dapat mendukung negara-negara anggota kami dalam meningkatkan implementasi komitmen keamanan nuklir mereka," ujar Adnan.
Fokus dari keamanan nuklir adalah untuk mencegah, mendeteksi dan menanggapi potensi peristiwa keamanan nuklir.
Sementara tujuannya adalah untuk melindungi manusia, properti serta lingkungan dari konsekuensi berbahaya atau penyalahgunaan materi nuklir dan radioaktif lainnya.
Pada 2019 lalu, 189 insiden telah dilaporkan oleh 36 negara, menunjukkan bahwa ada cukul banyak kegiatan dan peristiwa ilegal yang melibatkan penggunaan nuklir dan bahan radioaktif lainnya.
Baca: Dalam Dunia Kedokteran, Nuklir Juga Digunakan untuk CT Scan dan MRI
Baca: Limbah Nuklir di Perum BATAN Indah Serpong Lazim Digunakan Pabrik Kertas dan Baja
Enam dari keseluruhan insiden itu terkait dengan perdagangan manusia.
Dalam 10 tahun terakhir, jumlah rata-rata insiden yang disampaikan ke ITDB IAEA mencapai angka 185 per tahun.
Sementara sejak tahun 1993, sebanyak 3686 insiden telah dilaporkan ke ITDB, di mana 290 diantaranya melibatkan tindakan perdagangan manusia yang dikonfirmasi atau kemungkinan akan terjadi.
Dua belas dari insiden itu termasuk penggunaan uranium yang diperkaya tinggi dan dua termasuk plutonium.
Sumber radioaktif pun terus dilaporkan hilang atau dicuri, hal ini tentunya mengindikasikan perlu adanya peningkatan langkah-langkah keamanan terkait sumber tersebut.
"ITDB terus menerima laporan tentang insiden yang melibatkan senjata yang berpotensi menggunakan bahan nuklir dan sumber aktivitas tinggi. Beberapa insiden juga melibatkan upaya untuk menjual materi dengan melintasi perbatasan," jelas Adnan.
Pada konferensi yang digelar pekan lalu, para menteri dan perwakilan tingkat tinggi lainnya pada lebih dari 140 negara mengadposi deklarasi untuk meningkatkan keamanan nuklir global.
Termasuk komitmen khusus untuk memerangi perdagangan gelap bahan nuklir dan radioaktif lainnya, serta untuk memastikan bahwa bahan tersebut tidak dapat digunakan oleh aktor non-negara anggota untuk tujuan jahat," tegas Adnan.