Sosok Remaja Rela Terbunuh demi Lindungi Orang Lain saat Penembakan di Thailand, Dianggap Pahlawan
Sosok remaja yang rela terbunuh demi melindungi orang lain ketika penembakan di Thailand, sahabat menganggapnya pahlawan.
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Kisah heroik terkuak dari peristiwa brutal di Thailand.
Seorang remaja menjadi penyelamat warga dari aksi keji oknum tentara di sebuah mal beberapa waktu lalu.
Ketika mencoba menghadang penjahat tersebut, remaja malang itu akhirnya tewas tertembak.
Kisah pilu remaja tersebut dikisahkan oleh sahabatnya sampai menangis dan berlutut di samping jasad yang ia panggil pahlawan.
Dikutip dari mothership.sg, seorang remaja berusia 18 tahun tewas saat menyelamatkan delapan orang dalam peristiwa penembakan brutal di Thailand.
Penembakan itu terjadi di pusat perbelanjaan Terminal 21 yang terletak di Korat.
Baca: Hilang di Tengah Wabah Corona dan Isu Penembakan Pejabat Korea Utara, Kim Jong Un Akhirnya Muncul
Menurut Taiguo.com, remaja bernama Athiwat Promsuk saat itu berada di ruang dingin bersama warga lainnya pada 9 Februari 2020.
Saat itu pria bersenjata, tersangka penembakan, melakukan aksinya menembaki pengunjung mal.
Athiwat kemudian mencoba untuk mencegah penembak masuk ke ruangan.
Sementara delapan orang lainnya di ruangan itu mengambil kesempatan untuk melarikan diri.
Teman sekelas Athiwat, yang juga berada di mal hari itu, mengatakan kepada Khaosod English dia tak bertemu dengan Athiwat sekitar pukul 8 malam.
Namun ternyata dia menyaksikan temannya itu menjadi korban meninggal akibat insiden penembakan.
Dia terkejut hingga berlutut sembari menangis.
Kata dia, Athiwat adalah "pahlawan yang menyelamatkan nyawa delapan orang".
Athiwat, lanjutnya, sering diintimidasi di sekolah.
Namun temannya itu tidak pernah marah.
Baca: Pelaku Penembakan di Thailand Awalnya Bunuh Perwira Berpangkat Kolonel dan Mertuanya
“Dia sering mendapat nilai bagus dan orang yang baik,” tambahnya.
Anak yang baik
Sementara nenek Athiwat yang berusia 73 tahun mengatakan kepada media setempat bahwa Athiwat telah pindah dari Changwat Buri Ram, tempat ia bersekolah di sekolah menengah, ke Korat untuk melanjutkan kuliah.
Ibunya juga pindah bersamanya dan bekerja sebagai pembersih di pusat perbelanjaan Terminal 21 untuk menyediakan biaya kuliah Athiwat.
Nenek Athiwat menambahkan cucunya berperilaku baik sejak kecil, pendiam, dan tidak pernah mengeluh.
Dia juga mengungkapkan tak tahu apa yang menimpa cucunya atas penembakan tersebut.
Tetangganya yang memberi tahu sang cucu meninggal dalam insiden penembakan di mal.
Ia pun menyatakan sedih dan merasa kehilangan yang mendalam karena cucuinya itu diharapkan memiliki masa depan yang baik setelah tamat SMA.
Dia juga berharap pemerintah Thailand dapat membantu keluarga yang kehilangan orang yang mereka cintai dalam insiden itu.
Kisah ibu ditembak saat menyetir
Penembakan di Thailand menewaskan puluhan korban.
Hingga kini tercatat sebanyak 29 warga tewas dalam insiden brutal yang dilakukan oleh oknum tentara, Sersan Mayor Jakrapanth Thomma, pada Sabtu (8/2/2020) malam di pusat perbelanjaan di Korat, Thailand.
Dari 29 warga yang meninggal setelah kejadian, detik-detik kematian korban kembali dikisahkan oleh keluarga.
Baca: Kesaksian Dua Orang Pegawai dan Satpam Mal Thailand saat Aksi Penembak Brutal: Aku Berlari
Termasuk kisah anak menyaksikan ibunya ditembak mati saat menyetir mobil.
Lalu remaja yang mengalami hal serupa saat berkendara di luar mal tempat kejadian perkara.
Dikutip dari KSTP, kisah pertama adalah kesaksian anak di dalam mobil saat ibunya ditembak mati pelaku.
Ia yang bernama Nachote Chotiklang mengatakan berada di mobil yang dikemudikan ibunya.
Ketika itu mobil yang ia tumpangi melewati pria bersenjata di sekitar TKP.
Pelaku lalu menembak ke arah mobil tepatnya di bagian jendela.
Bersamaan, Nachote, merunduk dan tidak melakukan apa-apa.
Ia juga merasakan mobilnya menabrak sesuatu.
"Saya merunduk, mobil menabrak pohon," katanya
Nachote menggelengkan kepalanya saat ditanya nasib ibunya setelah itu.
Sementara pria lain menjelaskan ibu anak itu telah mati.
"Ini terlalu mendadak"
Sementara kisah lainnya juga dibagikan oleh Nuttawut Kanchanamethi, ayah dari remaja korban tewas bernama Rachanon Kanchanamethi.
Kronologi kejadian diceritakan oleh Nuuawut.
Awalnya anaknya mengendarai sepeda motor untuk pulang ke rumah.
Namun, pria bersenjata itu menembaki dia dari mobilnya dalam perjalanan ke mal.
Rachanon diketahui adalah salah korban pertama dalam kejadian penembakan brutal.
"Saya tidak ingin kehilangan dia seperti ini," ujar Nuttawut.
“Ini terlalu mendadak. Kami punya rencana untuknya, tumbuh dewasa. Itu saja. Kami tidak memaksakan harapan padanya. "
"Aku ingin terus merawatnya, tetapi aku tidak lagi memiliki kesempatan itu," katanya menangis tersedu-sedu.
Kesaksian pegawai saat penembakan terjadi
Dari warga yang selamat ada dua orang yang mengisahkan pengalamannya saat berada di tengah insiden tersebut.
Mereka adalah pekerja supermarket bernama Arm dan petugas kemanan mal bernama Rung.
Diberitakan ABC, Arm menceritakan kejadian yang membuatnya cemas itu.
Wanita berusia 19 tahun itu tengah menunggu ibunya.
Saat kejadian penembakan, dia mengatakan 14 orang berkerumun di sebuah ruang, termasuk staf dan pelanggan.
Dia mendengar suara tembakan berulang.
Pria bersenjata itu juga menembak pipa gas di dekatnya yang menyebabkan ruangan terisi gas.
Membuat orang takut dan lebih putus asa untuk melarikan diri.
"Ketika aku mendengar suara pistol, aku berlari ke ruang stok," katanya.
"Kami masuk berkelompok. Kami hanya ingin lari ke tempat yang aman dan kami sangat takut," imbuh dia.
Arm berkata, berkat bantuan polisi, ia dan beberapa rekannya berhasil melarikan diri melalui pintu belakang toko.
"Pertama kami mengirim pesan (ke polisi) dan kemudian kami memanggil mereka untuk meminta bantuan," ucapnya.
Tapi dia mengaku tetap khawatir terhadap rekan-rekan yang belum dia lihat sejak kejadian.
"Saya masih khawatir dan benar-benar khawatir karena ada sekitar 10 orang di sana dan karena salah satu dari mereka terluka akibat penembakan itu," katanya.
"Saya merasa sangat berterima kasih kepada mereka (polisi). Polisi datang kepada kami dan menunjukkan kepada kami ke mana harus pergi."
"Aku perlu istirahat."
"Aku tidak pernah berpikir hal seperti ini bisa terjadi di sini," kata dia.
Kisah petugas keamanan: Tak pernah terpikirkan
Sementara itu petugas keamanan, Rung, juga berkisah.
Pria berusia 43 tahun ini sedang bertugas di pusat perbelanjaan ketika kejadian.
Awalnya ia mendengar suara tembakan di luar.
Dia bergegas untuk membantu membawa orang-orang di dalam untuk menjauh dari lokasi penembakan.
"Saya mendengar suara tembakan dan saya menerima pesan yang mengatakan 'jika Anda dapat melarikan diri, maka melarikan diri'."
"Dan kemudian saya mendengar banyak suara tembakan."
"Saya harus membuat pelanggan aman terlebih dahulu dengan membawa pelanggan ke dalam, dan kemudian kami menunggu instruksi lebih lanjut."
"Ini di luar akal Aku sudah bekerja di sini selama tiga tahun dan aku tidak pernah berpikir hal seperti ini bisa terjadi di sini," paparnya.
"Yang bisa kita lakukan adalah memeriksa untuk melihat apakah semua orang baik-baik saja, telepon dan pesan mereka untuk melihat apakah mereka sudah keluar," katanya.
Peristiwa penembakan dilakukan oleh oknum di pusat perbelanjaan di Thailand.
Kemarin Sabtu (8/2/2020) malam, insiden brutal tersebut menewaskan puluhan korban.
Hingga kini menurut sumber Bangkok Post, ada total 27 warga meninggal dunia.
(Tribunnews.com/Chrysnha)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.