Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jadi Korban Hoaks, 27 Warga Iran Tewas Keracunan Alkohol, Dikira Alkohol Bisa Cegah Corona

Setidaknya 27 orang tewas akibat keracunan alkohol di Provinsi Khutzen dan Alborz, Iran.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Jadi Korban Hoaks, 27 Warga Iran Tewas Keracunan Alkohol, Dikira Alkohol Bisa Cegah Corona
TribunnewsBogor.com/Mohamad Afkar Sarvika
Ilustrasi jenazah 

TRIBUNNEWS.COM, IRAN - Setidaknya 27 orang tewas akibat keracunan alkohol di Provinsi Khutzen dan Alborz, Iran.

Dilansir dari ABC News, Juru Bicara Universitas Ilmu Kedokteran Universitas Ahwaz, Ali Ehsanpour mengatakan peristiwa itu terjadi karena adanya informasi yang mengatakan alkohol dapat membantu melawan virus corona.

"Beberapa warga Ahwaz telah mendengar bahwa minum alkohol dapat membantu mereka melawan virus corona, sehingga mereka menggunakannya sebagai tindakan pencegahan," kata Ali.

Banyak kasus virus corona di Iran, menimbulkan berbagai rumor tentang berbagai macam cara tak ilmiah terkait cara melawan virus itu di media sosial.

Di antaranya adalah minum alkohol.

Iran melarang konsumsi alkohol bagi masyarakat, beberapa orang kemudian membeli alkohol industri yang banyak dijual di pasar untuk tujuan sanitasi.

Setidaknya total ada 218 orang Iran yang dirawat di rumah sakit karena keracunan alkohol di pusat-pusat medis yang berafiliasi dengan Universitas Ilmu Kedokteran Ahwaz.

BERITA REKOMENDASI

Jumlah yang lebih banyak dibanding mereka yang positif virus corona di wilayah Khuzestan yakni 73 orang.

"Salah satu korban menjadi buta dan beberapa lainnya dalam kondisi kritis," tambah Ali.

Sistem kesehatan lumpuh

Sementara itu, Wakil Jaksa Kota Karaj, Mohammad Aghayari mengatakan di Provinsi Utara Alborz tujuh orang tewas akibat keracunan alkohol.

Iran sendiri merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah kasus Covid-19 cukup banyak.


Setidaknya hingga Selasa (3/3/2020) lalu sudah ada 8.042 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 291dan 2.394 orang telah pulih.

Negara ini menghadapi beberapa masalah dalam penangan kasus. Di antaranya termasuk kekurangan sanitizer dan utamanya peralatan pencegahan untuk para staf medis di seluruh negeri.

Kesalahan pengurusan manajemen domestik dan sanksi internasional yang dihadapi negara ini telah melumpuhkan sistem kesehatan selama merebaknya wabah virus corona di negara ini.

Saat ini, kasus virus corona secara global telah mencapai 116.654 kasus dengan jumlah kematian mencapai 4.259. Adapun pasien yang sembuh adalah sebanyak 64.214.

Pandemi WHO

Badan Kesehatan Dunia ( WHO) telah meningkatkan status virus corona menjadi pandemi global pada Rabu (11/3/2020).

Penetapan virus corona sebagai pandemi global didasarkan atas meningkatnya jumlah kasus di luar China hingga 13 kali lipat serta banyaknya negara yang terinfeksi.

Hingga Rabu, tercatat 118 negara mengonfirmasi kasus Covid-19.

"Dalam beberapa hari atau pekan mendatang, kita akan melihat peningkatan jumlah kasus, kematian, hingga negara terinfeksi yang jauh lebih tinggi," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Status pandemi menggambarkan suatu penyakit yang menyebar di antara orang-orang di banyak negara pada saat bersamaan.

Istilah tersebut terakhir kali digunakan pada 2009 saat merebaknya flu babi yang menewaskan ratusan ribu orang.

Menurut Tedros, perubahan status itu tidak mengubah apa pun tentang bagaimana virus menyebar.

Namun, WHO tetap berharap agar negara-negara bisa menanganinya.

"Beberapa negara sedang berjuang dengan kapasitas yang minim, beberapa di antaranya sedang berjuang dengan kekurangan sumber daya, dan beberapa di antaranya dengan tekad yang kurang," kata Tedros, dilansir dari BBC, Rabu (11/3/2020).

Pasca-penetapan pandemi

Apa dampaknya setelah penetapan virus corona sebagai pandemi global?

Pasca-penetapan ini, WHO meminta semua negara untuk melakukan beberapa hal berikut:

Pertama, mengaktifkan dan meningkatkan mekanisme tanggap darurat
Kedua, berkomunikasi dengan publik tentang risiko dan bagaimana mereka dapat melindungi diri sendiri

Ketiga, menemukan, memisahkan, menguji, dan mengobati setiap kasus Covid-19 dan melacak setiap kontak yang berkaitan.

"Kami tak bisa mengatakan ini cukup keras atau cukup jelas. Semua negara mampu mengubah arah pandemi ini," kata Tedros.

Tedros menyebutkan, penyebaran virus corona saat ini tergantung setiap negara bahwa mereka mampu menghentikannya.

Menurut dia, tantangan yang dihadapi oleh banyak negara adalah kemauan mereka dalam menangani virus itu.

"WHO telah merespon penuh sejak kami diberitahu tentang kasus pertama. Kami telah setiap hari meminta negara-negara untuk mengambil tindakan mendesak dan agresif. Kami telah membunyikan bel alarm dengan keras dan jelas," jelas Tedros.

Sejalan dengan WHO, dosen klinis dari National Institute for Health Reseaech, Kings College London, Nathalie MacDermott mengatakan, perubahan status virus corona menjadi pandemi tak mengubah apa pun secara praktis.

Sebab, dunia telah disarankan dalam beberapa minggu terakhir untuk mempersiapkan potensi pandemi ini.

Akan tetapi, peningkatan status itu harus dimaknai dengan pentingnya negara-negara di seluruh dunia untuk bekerja secara kooperatif dan terbuka satu sama lain.

"Penggunaan istilah ini menyoroti pentingnya negara-negara dunia agar bekerja secara kooperatif dan terbuka satu sama lain serta bersatu dalam upaya kami untuk mengendalikan situasi ini," kata Nathalie, dilansir dari The Guardian (11/3/2020).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diduga Khawatir Virus Corona, 27 Orang Tewas akibat Keracunan Alkohol di Iran"

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas