Gubernur Tokyo Jepang Umumkan Status Siaga Satu, Kemungkinan Lockdown Jika Situasi Semakin Parah
Yuriko Koike melakukan jumpa pers mengenai situasi keadaan Siaga Satu (SS) yang memberikan hak dan memungkinkan langsung dilakukan Lockdown.
Editor: Dewi Agustina
![Gubernur Tokyo Jepang Umumkan Status Siaga Satu, Kemungkinan Lockdown Jika Situasi Semakin Parah](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/gubernur-tokyo-yuriko-koike-lockdown.jpg)
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Rabu (25/3/2020) Gubernur Tokyo, Yuriko Koike melakukan jumpa pers mengenai situasi keadaan Siaga Satu (SS) yang memberikan hak dan memungkinkan langsung dilakukan Lockdown.
"Jepang sebenarnya tidak pakai kata Lockdown (LD) yang juga biasa kita sebut Fuusa (Blokade). Ibaratnya rumah dengan pekarangannya dalam suasana lockdown, kita berada di pintu rumah tersebut, yang masih Siaga Satu," ungkap sumber Tribunnews.com seusai jumpa pers Yuriko Koike, Rabu (26/3/2020) malam.
Dengan diumumkannya status Siaga Satu kemarin yang berarti sudah di lingkungan lockdown, Pemda Tokyo memang dengan mudah mengunci kota apabila keadaan semakin memburuk nantinya.
"Kita masih Siaga Satu dan mungkin ada situasi di mana tindakan keras harus diambil nantinya," tegas Koike kemarin saat jumpa pers.
![Ilustrasi toko obat di Jepang - Apa itu Avigan? Obat Corona yang dipesan Presiden Jokowi sebanyak dua juta butir. Obat ini akan dibagikan pada pasien Covid-19.](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ilustrasi-toko-obat-di-jepang-2132020.jpg)
Pengamatan sangat ketat dilakukan Pemda Tokyo kepada warganya sampai dengan 12 April 2020.
"Apabila dalam kurun waktu tersebut keadaan bertambah buruk dengan cepat, maka Siaga Satu yang ada sekarang langsung hari itu juga akan diumumkan menjadi lockdown atau Toshi Fuusa, karena hak Koike telah ada sejak kini," lanjutnya.
Lalu apa sebenarnya yang membuat suasana Tokyo menjadi semakin parah?
"Kita ketahui seminggu lalu banyak warga Tokyo yang tak bisa mengontrol diri, keluyuran bebas bahkan bikin pesta, mabuk, lihat pertandingan olahraga di Stadiun Saitama, Live House berdesakan dan sebagainya," ujar dia.
Baca: Setelah Pergi dari Indekos, Perawat RSUP Persahabatan Ditawari Tinggal di Hotel hingga Apartemen
Baca: Pengakuan Pemerkosa Siswi SMA di Solok Bersama 4 Rekannya, Sudah Rencanakan Jauh-jauh Hari
Dampak dari tidak adanya social distancing (jaga jarak) tersebut membuat virus Covid-19 mudah melakukan penularan.
"Akibatnya jumlah korban warga Tokyo yang tanggal 23 Maret masih bertambah 16 orang, 24 Maret bertambah 17 orang, mendadak 25 Maret jumlah korban melonjak menjadi 41 orang. Itu kan keterlaluan sekali. Itulah sebabnya diumumkan Siaga Satu yang memungkinkan dengan mudah segera lockdown," ujarnya.
Meskipun masih berupa imbauan "agak keras" dari Gubernur Koike agar jangan ke luar rumah terutama saat akhir pekan Sabtu dan Minggu, restoran agar menjaga jarak atau ditutup, jangan adakan kegiatan pengumpulan massa, dan sebagainya, tidak ada larangan dari Pemda Tokyo dan tidak ada sanksi apa pun.
![Keramaian supermarket di Tokyo, Rabu (25/3/2020) malam setelah jam 21.00 waktu Jepang semakin ramai.](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/keramaian-supermarket-di-tokyo.jpg)
"Kalau cuma bicara begitu saja sih, pasti masih banyak yang tidak mau dengar nantinya," papar Takeyama, seorang warga Shinjuku Tokyo kepada Tribunnews.com.
Takeyama justru berharap Gubernur Tokyo bisa tegas memberikan larangan dan sanksi kepada warganya sehingga benar-benar diam di rumah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.