Peraih Nobel Jepang: Kita Harus Siapkan Perang Melawan Virus Covid-19 dalam Jangka Panjang
Peraih hadiah Nobel dari Jepang menegaskan kita harus siap perang melawan virus Covid-19 setidaknya kemungkinan dalam satu tahun mendatang.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Shinya Yamanaka (57), peraih hadiah Nobel dari Jepang menegaskan kita harus siap perang melawan virus Covid-19 setidaknya kemungkinan dalam satu tahun mendatang.
"Saya memang bukan ahli penyakit menular dan banyak yang mengkritik saya. Oleh karena itu saya buat situs sendiri. Nanti sejarah yang akan membuktikannya. Kalau sekarang kita salah, mungkin saja di masa depan kita benar. Oleh karena itu perlu di-update selalu situs tersebut," ungkapnya kepada TV NHK, Jumat (27/3/2020) malam.
Shinya Yamanaka kelahiran Osaka, 4 September 1962 adalah seorang dokter dan peneliti sel punca warga negara Jepang yang memperoleh Penghargaan Nobel Kedokteran tahun 2012 bersama John Gurdon.
Dia juga merupakan profesor dari Kyoto University, Jepang.
Baca: Dirahasiakan Sejak Lama, Mama Amy Akhirnya Ungkap Sosok Kakak Raffi Ahmad : Seperti Anak ke-4
Baca: Bupati Sidoarjo Kesulitan Makamkan Pasien Corona, Penggali Kubur Takut dan Kabur, Ambulans Menolak
"Menurut saya, kita harus perang melawan virus Covid-19 saat ini setidaknya satu tahun," kata dia.
Oleh karena itu harus bisa bekerjasama semuanya menghadapi dan melawan bersama virus yang bahaya ini.
"Kita harus menghadapi seperti maraton, lari yang panjang sekali dan harus memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Kalau semua bekerjasama dengan sangat erat bisa saja cuma setahun, atau setengah atau atau sebulan telah selesai," lanjutnya.
Bagi Jepang sendiri kebijakan ini harus dilawan dengan tegas.
"Sekarang kita dihantam Covid-19, awal tahun depan kemungkinan dihajar influenza lagi. Jadi harus selalu siap sedia berjaga-jaga," ujar dia.
Terutama terhadap orang lanjut usia (lansia) yang banyak ditargetkan oleh virus Covid-19 ini, Yamanaka mengharapkan semua orang dari muda sampai tua agar dapat menjaga diri.
"Korbankanlah tahun ini tidak ber-sakura ria demi keluarga kita di rumah. Kalau kita terkena, akan mudah meluas terutama terkena kaum lansia semakin bahaya mereka. Yang muda akan membahayakan kehidupan yang tua. Jadi tolonglah kesadaran kita semua untuk menahan diri tahun ini tidak merayakan Sakura dulu," harapnya.
Baca: Cegah Penyebaran Covid-19, PLN Sediakan Bilik Disinfektan
Baca: Update Corona: Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana Dinyatakan Sembuh
Menurutnya, kalau manusia meninggal dunia maka Sakura pun akan mati.
"Tidak ada lagi yang merawat dan memperhatikan Sakura kalau manusia itu meninggal dunia semua, maka Sakura pun pasti juga akan mati nantinya," ujarnya.
Pesan Yamanaka tersebut banyak dikritik karena melihat pemulihan bisa mencapai setidaknya satu tahun dinilai terlalu panjang. Namun Yamanaka mengakui tidak ada yang tahu sampai kapan Covid-19 akan berakhir.
"Yang pasti wabah virus Covid-19 ini tidak akan berlangsung selamanya. Kalau manusia itu korbannya meninggal maka mati pulalah virus tersebut," ungkapnya.
Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com