Presiden AS Donald Trump Geram dengan Ulah Penimbun Masker dan Ventilator
Lynch menuturkan tim medis yang berada di garda terdepan merawat pasien virus corona itu putus asa.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC - Penimbunan masker dan APD di tengah wabah corona tak hanya terjadi di Indonesia.
Di Amerika Serikat isu penimpuhan masker dan ventilator juga meresahkan.
Bahkan Presiden AS Donald Trump mengklaim, ada upaya "penimbunan" ventilator dari rumah sakit atau pekerja kesehatan di tengah wabah virus corona.
Pernyataan itu disampaikannya dalam konferensi pers di Gedung Putih, seraya menyebut puncak dari wabah ini diprediksi bakal mereka alami dua pekan mendatang.
"Kami harus segera membebaskan ventilator itu. Terutama dari rumah sakit yang tidak akan menggunakannya," kata Trump dikutip Sky News pada Minggu (29/3/2020).
Baca: Rupiah Hari Ini Melemah ke Angka Rp 16.320 per Dolar Amerika Serikat, Berikut Kurs di 5 Bank Besar
Presiden 73 tahun itu juga meminta Gubernur dan Wali Kota New York untuk mengecek mengapa ada rumah sakit yang harusnya mendapat 10.000 masker, malah melonjak jadi 300.0000 di waktu bersamaan.
"Saya pikir orang-orang harus memeriksanya karena ada sesuatu yang terjadi. Saya tak berpikir ini penimbunan. Mungkin lebih buruk dari itu," ujar Trump.
"Kami sudah mengirim jutaan dan jutaan produk medis, dan yang selalu kami dengar adalah 'Bisakah kalian menambahkannya?'," tambahnya.
Perkataan Trump itu memantik komentar dari jurnalis Sky News, Cordelia Lynch. Dia berujar Trump seolah menduga ada perdagangan gelap yang dikelola rumah sakit.
"Ini jelas liar dan tentunya tidak seperti yang kami dengar dari setiap pekerja kesehatan yang ditemui di New York," ungkapnya di Twitter.
Lynch menuturkan tim medis yang berada di garda terdepan merawat pasien virus corona itu putus asa.
Bahkan ada yang mengenakan masker yang sama selama satu pekan.
Lebih lanjut, Trump menyatakan bahwa negara masih mempunyai sekitar 10.000 alat bantu pernapasan yang bakal didistribusikan jika terjadi kondisi darurat.
"Kami takut"
Pada Minggu, Negara Bagian New York melaporkan terjadi hampir 60.000 kasus dan 965 korban meninggal, naik 237 dalam 24 jam terakhir.
Meski begitu dalam konferensi pers, Gubernur Andrew Cuomo menerangkan bahwa jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami penurunan.
Sementara Wali Kota New York, Bill de Blasio, kepada CNN mengatakan pihaknya membutuhkan ratusan ventilator, masker, dan alat medis lain pada 5 April.
Sementara dikutip CBS via Reuters, Gubernur Louisiana John Bel Edwards berujar, New Orleans akan kehabisan ventilator pada Sabtu (4/4/2020).
Ventilator adalah mesin bantu pernapasan untuk merawat pasien yang mengalami gejala paling parah dari penyakit mirip pneumonia ini.
Dr Arabia Mollette, dokter di RS Universitas Brookdale di Brooklyn dan RS St Barnabas di Bronx mengungkapkan, dia bekerja di "tengah medan perang".
Mollette mengungkapkan rasanya seperti mereka harus tetap mempertahankan kepala di atas air agar mereka tidak tenggelam.
"Kami takut. Kami mencoba untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Tetapi di saat bersamaan, kami harus menyelamatkan diri kami," terangnya.
Aturan tinggal di rumah yang diterapkan pemerintah membuat New York, salah satu kota tersibuk di dunia, lengang pada Minggu kecuali suara sirene ambulans.
"Sangat menyeramkan. Kami seperti berada di tengah masa perang," kata Quentin Hill, seorang warga lokal berusia 27 tahun.