Kisah Balita 4 Tahun Berjuang Melawan Tumor Otak dan Covid-19
Awal mulanya, pada Februari 2020 lalu, Matteo menunjukkan gejala sakit kepala dan sakit perut.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
"Saat itu adalah malam terburuk dalam hidup saya. Saat itu adalah mimpi terburukku sebagai orang tua," turur Ferruzzi kepada Fox News.
Tak lama setelah operasi otak anak itu, staf medis menyarankan kepada keluarga, lebih baik untuk kembali ke rumah karena masih ada pandemi virus corona.
Saat di rumah, cairan di otak Matteo cepat menumpuk, dan ia harus kembali menjalani operasi otak kedua hanya dua hari kemudian.
Dokter memasang shunt di kepala Matteo.
Shunt adalah selang khusus yang dipasang di dalam kepala untuk mengalirkan cairan otak ke bagian lain di tubuh, agar mudah terserap ke dalam aliran darah.
Dokter juga melakukan keran tulang belakang dan menaruh port di dadanya untuk kemoterapi.
Keputusan dieksekusi dengan cepat karena operasi elektif di AS harus ditunda selama pandemi corona.
Keadaan menjadi lebih buruk, ketika Ferruzzi menunjukkan gejala Covid-19, diuji positif dan harus melakukan karantina diri selama 14 hari.
Dia sempat berpikir terkena virus ketika di rumah sakit ketika mendampingi anaknya. Namun ia tidak yakin juga 100 persen.
"Itu begitu sulit, karena anakku baru saja menjalani operasi dan aku tidak bisa ada bersamanya untuk membuatnya merasa lebih baik dan menghiburnya," kisah Ferruzzi.
"Itu merupakan tantangan tersendiri."
Tidak lama kemudian, suami Ferruzzi, Anthony, dan Matteo juga menjalani tes dan dinyatakan positif Covid-19.
Bahkan orangtua ferruzzi, yang saat ini mengawasi saudara kembar Matteo, Nicolette, dan kakak laki-lakinya, Nico — juga diperiksa dan dinyatakan positif Covid-19.
"Untungnya, mereka hanya mengalami gejala ringan," katanya.