Pertimbangkan Keselamatan dan Pendapatan, Industri Seks di Jepang Pilih Tetap Buka di Tengah Pandemi
Pemilik usaha kecil yang menjadi tulang punggung sektor kehidupan malam Jepang lebih takut dampak ekonomi daripada dampak kesehatan bagi mereka
Penulis: Amy Happy Setyawan
Editor: haerahr
TRIBUNNEWSWIKI.COM – Jumlah kasus virus corona atau Covid-19 yang terjadi di Jepang terus meningkat setiap hari.
Berdasarkan data worldometers.info, hingga Senin (20/4/2020), jumlah kasus Covid-19 yang telah dikonfirmasi oleh Jepang adalah sebanyak 10.797.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Selasa (7/4/2020) juga telah secara resmi menyatakan kedaan darurat nasional akibat virus corona.
Keadaan darurat ditetapkan di Tokyo, Chiba, Kanagawa, Saitama, Osaka, Hyogo, dan barat daya Fukuoka.
Dengan kondisi darurat nasional tersebut, para gubernur di wilayah yang ditetapkan dapat meminta warganya untuk tetap di rumah dan menutup tempat usaha.
Di Tokyo, department store besar tutup, tempat kehidupan malam menghadapi masa-masa sulit dan banyak restoran menawarkan kotak makan siang “bento” sebagai alternatif untuk minum dan mengemil di bar-bar izakaya setelah bekerja.
Tidak seperti negara lain di mana langkah-langkah yang lebih keras telah ditegakkan, pemerintah Jepang hanya ‘meminta’, namun tidak memberi tahu banyak bisnis untuk tutup.
Dilansir oleh South China Morning Post (SCMP), hal ini telah membuat pekerja seks dan pemilik bisnis industri dewasa berada dalam "zona abu-abu".
Apakah mereka harus tetap terbuka dan berusaha mempertahankan klien sambil mempertaruhkan kesehatan mereka, atau menutup bisnis sepenuhnya dan menghadapi kerugian.
Baca: Seorang Ilmuwan Kritik Pemerintah Jepang Lantaran Lambat dalam Tangani Pandemi Covid-19
Baca: Di Tengah Darurat Nasional Jepang, 18 Dokter Dilaporkan Terinfeksi Covid-19 Usai Makan Malam Bersama