Embraer Tuding Boeing Mau Kabur dari Kesepakatan Merger Senilai 4 Miliar Dolar AS
Embraer mengatakan Boeing ingin menghindari komitmennya untuk menutup transaksi dan membayar pembelian sesuai harga yang telah disepakati.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, RIO DE JANEIRO - Produsen pesawat Brazil, Embraer mengancam akan meminta ganti rugi kepada raksasa kedirgantaraan Amerika Serikat (AS) Boeing, setelah 'secara sepihak' mengakhiri kesepakatan merger senilai 4,2 miliar dolar AS.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu lalu, pabrikan jet yang berbasis di Brazil ini menuding mitranya asal Amerika itu telah menggunakan 'klaim palsu' untuk menarik diri dari kesepakatan, yang akan memberi Boeing 80 persen saham pada unit jet komersial Embraer.
Baca: Mengenal Barongko, Kuliner Khas Makassar yang Bisa Jadi Menu Takjil
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (28/4/2020), Embraer mengatakan Boeing ingin menghindari komitmennya untuk menutup transaksi dan membayar pembelian sesuai harga yang telah disepakati.
Baca: Lewat Ancaman, Pria Ini Cabuli Anak Tirinya Sejak 2017, Beraksi Saat Istri Pergi Bekerja
Hal itu karena Embraer menduga perusahaan AS tersebut tengah menghadapi masalah keuangan terkait kegagalan yang dialami produknya, 737 MAX.
Baca: Ekonom: Investasi Langsung Diperlukan Untuk Atasi Dampak Pandemi Covid-19
"Embraer akan mencari solusi Boeing untuk kerugian ini, sebagai akibat dari sikap Boeing yang melakukan pelanggaran dan menghentikan secara sepihak terkait Perjanjian Transaksi Utama (antara kedua perusahaan)," kata produsen pesawat Brazil itu.
Pernyataan tersebut disampaikan sesaat setelah Boeing mengklaim bahwa Embraer tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan, mengacu pada perjanjian tersebut.
Raksasa kedirgantaraan AS itu sebelumnya menyebut negosiasi dengan Embraer cukup produktif, namun pada akhirnya tidak berhasil untuk menyepakati sejumlah perbedaan yang ada.
Baca: KPK Ajukan Kasasi atas Putusan PT DKI yang Pangkas Masa Hukuman Romahurmuziy
Sehingga Boeing merasa bebas untuk membatalkan perjanjian merger ini.
Menanggapi sikap Boeing, Presiden dari Embraer Partnership & Group Operations, Marc Allen pun menyatakan kekecewaannya terhadap sikap Boeing.
"Ini sangat mengecewakan, kami telah mencapai titik di mana negosiasi dilakukan terus-menerus dalam kerangka kerja perjanjian, namun tidak bisa menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan," kata Allen.
Namun, ia menegaskan bahwa pihaknya sepenuhnya mematuhi kewajiban berdasarkan perjanjian.
Ini mengindikasikan, Embraer akan memenuhi semua persyaratan yang diperlukan sebelum batas waktu yang ditetapkan.
Gagal tercapainya kesepakatan antara kedua perusahaan ini mencerminkan kemitraan serupa antara Airbus dan Bombardier.