Rusia Melaporkan Hampir 10.000 Kasus Virus Corona dalam Satu Hari
Rusia melaporkan 9.623 kasus virus corona dalam satu hari, Sabtu (2/5/2020), sehingga total infeksi virus corona menjadi 124.054.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: bunga pradipta p
TRIBUNNEWS.COM - Rusia melaporkan 9.623 kasus virus corona dalam satu hari, Sabtu (2/5/2020).
Untuk diketahui, kenaikan harian itu merupakan yang tertinggi sejak dimulainya pandemi di Rusia.
Sehingga total infeksi virus corona menjadi 124.054.
Sebagian besar kasus yang dikonfirmasi berasal dari Ibu Kota Moskow.
Mengutip dari Al Jazeera, Minggu (3/5/2020), jumlah korban meninggal dunia secara nasional naik menjadi 1.222 orang.
Pusat Tanggapan Krisis Virus Corona Rusia mengatakan, lonjakan itu terjadi setelah 57 kasus dilaporkan dalam 24 jam terakhir, Sabtu (2/5/2020).
Baca: Pengakuan Mata-mata Rusia: Melakukan Kegiatan di Jepang untuk Kumpulkan Info Tentang China
Baca: Cerita Keluarga Rusia Terpaksa Ngamen di NTB, Bersyukur Warga Mataram Baik-baik
Rumah Sakit di Moskow Mungkin Kewalahan
Rumah sakit di Moskow mungkin kewalahan setelah mencatat lonjakan infeksi baru selama satu hari.
Peningkatan kasus yang dikonfirmasi mencapai angka 20 persen dari jumlah hari Jumat (1/5/2020), yang merupakan rekor harian baru.
Meski langkah-langkah lockdown diberlakukan, peningkatan jumlah infeksi telah berada pada tingkat yang mengkhawatirkan .
Lebih lanjut, Moskow merupakan wilayah paling parah terkena dampak dari wabah virus corona di Rusia.
Terhitung sekira 62.600 kasus yang dilaporkan, atau setengah dari total nasional.
Belum Ada Izin Bergerak Bebas
Baca: Covid-19 Memaksa Riza jadi Tukang Cukur Keliling
Sebagai catatan, penduduk di Rusia belum mendapatkan izin khusus untuk melakukan pergerakan bebas.
Mereka hanya dapat meninggalkan rumah mereka untuk berbelanja, berjalan-jalan dengan anjing dan membuang sampah.
Secara terpisah, Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan tindakan pembatasan berlanjut hingga 11 Mei 2020 mendatang.
Meski jumlah kasus dan kematian relatif rendah dibandingkan dengan Amerika Serikat, Italia dan Spanyol, yang telah terpukul paling parah oleh penyakit ini, kurva infeksi Rusia belum mencapai puncak.
Wali Kota Moskow: Rusia Belum Melewati Puncak Wabah
Wali Kota Moskow Sergey Sobyanin memperingatkan ibu kota Rusia itu belum melewati puncak wabah.
"Ancaman tampaknya meningkat," kata Sobyanin dalam blognya.
Sobyanin menambahkan, dua persen dari populasi Moscowvite, atau lebih dari 250 ribuorang diyakini telah tertular virus tersebut.
"Menurut tes skrining dari berbagai kelompok populasi, jumlah sebenarnya dari yang terinfeksi adalah sekitar dua persen dari total populasi Moskow," kata Sobyanin.
Sobyanin mengatakan kepada stasiun TV Rossiya-1 bahwa, jika situasinya memburuk, pihak berwenang dapat memangkas jumlah izin digital yang dikeluarkan untuk perjalanan melintasi kota.
Dia mengatakan, Moskow secara signifikan meningkatkan kapasitas pengujian.
Selain itu, Moskow juga mengklaim kota itu telah berhasil menahan penyebaran infeksi dengan penegakan aturan tinggal di rumah dan langkah-langkah lain.
Wali Kota Moskow mengatakan, minggu ini para pejabat mempertimbangkan untuk mendirikan rumah sakit sementara di kompleks olahraga dan pusat perbelanjaan untuk menangani masuknya pasien.
Baca: Viral Suami Istri Bule Rusia yang Bawa Bayi Sambil Ngamen di Mataram, Akhirnya Kini Dideportasi
Baca: Institut Virologi Wuhan Diduga Telah Menghapus Bukti Asal Covid-19
Pejabat Tinggi Terinfeksi Virus Corona
Secara terpisah, Perdana Menteri Mikhail Mishustin, pejabat paling senior kedua di negara itu setelah Putin, mengatakan kepada presiden pada hari Kamis, ia dites positif mengidap virus corona.
Ia untuk sementara waktu 'mengundurkan diri' untuk pulih dari paparan Covid-19.
Lebih lanjut, Wakil Perdana Menteri Pertama Andrei Belousov sekarang menjabat sebagai perdana menteri sementara.
Pada Jumat, seorang anggota kabinet Rusia lainnya, Menteri Konstruksi Vladimir Yakushev, mengumumkan, ia didiagnosis mengidap virus itu dan akan dirawat di rumah sakit.
Kementerian tersebut mengatakan, Dmitry Volkov, salah satu wakilnya, juga dinyatakan positif.
Covid-19 telah menewaskan lebih dari 238.000 orang di seluruh dunia, termasuk lebih dari 65.000 di Amerika Serikat.
Menurut data yang dilaporkan Universitas Johns Hopkins, lebih dari 20.000 di Italia, Inggris, Prancis dan Spanyol.
Sebagai catatan, pakar kesehatan memperingatkan gelombang kedua infeksi bisa terjadi kecuali tes diperluas secara dramatis.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)