Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Arsitek Terkenal Jepang: Kesempatan Indonesia Menjadi Leader di Asia Usai Pandemi Corona Berakhir

Pandemi Corona ini mengubah segala bidang kehidupan, yang akan mengubah juga pola pikir desain arsitektur bangunan setelah pandemi berakhir.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Arsitek Terkenal Jepang: Kesempatan Indonesia Menjadi Leader di Asia Usai Pandemi Corona Berakhir
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Kengo Kuma arsitek terbaik Jepang 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Masa pandemi corona membuat perubahan di bidang arsitektur dan bangunan. Hal itu sebenarnya bisa jadi kesempatan bagi Indonesia memiliki desain arsitektur tersendiri untuk jadi contoh negara Asia lainnya.

"Kesempatan sebenarnya saat ini bagi Indonesia menjadi leader di Asia dengan desain baru "Made in Indonesia" khususnya di masa after corona," ungkap arsitek terkenal Jepang, Kengo Kuma (65) kepada Tribunnews.com, Senin (4/5/2020).

Pandemi Corona ini mengubah segala bidang kehidupan, dari yang semua bekerja di kantor, terbukti sudah bisa melanjutkan usaha dengan kerja di rumah, yang akan mengubah juga pola pikir desain arsitektur bangunan di masa depan setelah pandemi berakhir.

Baca: Jubir Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Bantah Adanya Wacana Pelonggaran PSBB

"Indonesia rimbun banyak pohon-pohon hijau, sangat indah membuat desain dekat dengan alam dan desain "made in Indonesia" dengan pola gedung yang lestari mendekati alam sangat cocok. Semua tergantung kepada pemimpin Indonesia tentu saja untuk menciptakan karya arsitek Indonesia yang asri, apalagi akan memindahkan ibu kotanya ke Kalimantan nantinya," tambahnya.

Kengo Kuma dengan berbagai maket karya arsitekturalnya di berbagai negara.
Kengo Kuma dengan berbagai maket karya arsitekturalnya di berbagai negara. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

Kuma melihat bekerja di taman yang asri sudah mulai banyak dilakukan, pembuatan space khusus untuk bekerja di rumah juga sudah dilakukan saat ini karena Work From Home.

"Semua itu akan mengubah pola pikir dan desain ruangan serta bentuk gedung setelah pandemi ini berakhir," kata dia.

Berita Rekomendasi

Misalnya saja kantor pusat tak perlu besar-besar karena stafnya bisa bekerja di rumah dan jaringan internet menyatukan semuanya dalam satu komunikasi.

Baca: DPR Yakin Pengangkatan Boy Rafli Amar Jadi Kepala BNPT Sudah Dapat Restu Presiden

"Memprediksi bagaimana dunia pasca-corona akan berubah dan menekankan "kebebasan" lebih dari apa pun sebagai nilai untuk membangun gedung dan kota. Temanya adalah kebebasan, seperti setiap orang dapat hidup di mana pun mereka suka, dan teknologi memungkinkannya," ujar dia.

Kantor, pabrik, dan kota abad ke-20 layak untuk dikonsentrasikan. Salah satu ide adalah mengaktifkan ekonomi dengan membangun zona khusus yang memungkinkan pembangunan gedung pencakar langit dengan mengurangi volume.

Baca: Reaksi Aurel saat Atta Halilintar Ngaku Ingin Adopsi Anak, Putri Anang Hermansyah Tegas Bilang Ini

Telah dianggap efisien bagi orang untuk bekerja bersama dalam "kotak besar".

"Mulai sekarang, gagasan bahwa "konsentrasi universal" dan "revitalisasi ekonomi" terintegrasi tidak lagi berlaku. Gambar kota kompak yang disarankan akan sedikit berubah, dan berbagai orang akan diminta untuk bekerja dan hidup dalam jarak berjalan kaki atau dengan sepeda," katanya.

Jika jaringan komunikasi seperti Wi-Fi didirikan di ruang publik seperti itu dan berbagai orang dapat dengan bebas datang dan pergi, gaya hidup akan berubah.

Arsitek Kengo Kuma dengan salah satu maket karya yang dibuatnya di Australia dan banyak yang mengatakan seperti gedung Ramen.
Arsitek Kengo Kuma dengan salah satu maket karya yang dibuatnya di Australia dan banyak yang mengatakan seperti gedung Ramen. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

"Yang dibutuhkan adalah bangunan yang bisa digunakan untuk tujuan apa pun. Perlu memiliki ruang yang dapat dioperasikan secara fleksibel tergantung pada tujuannya sehingga dapat digunakan sebagai ruang kantor pada siang hari dan sebagai ruang untuk acara dan makan setelah malam," kata Kengo Kuma.

Jika kita tidak melonggarkan aturan "zonasi" yang membagi ruang menjadi berbagai penggunaan, kita tidak akan dapat mendukung kota-kota masa depan.

"Dari sudut pandang ini, akan ada gerakan untuk mendesain ulang kota," tambahnya.

Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas