Kematian George Floyd karena Diinjak Polisi Disebut Rasisme oleh Selebriti dan Pengunjuk Rasa di AS
Ribuan orang membanjiri jalanan Minneapolis di negara bagian Minnesota, AS untuk berunjuk rasa perihal insiden kematian George Floyd.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
Banyak politisi dan selebritas di Amerika yang mengecam insiden itu melalui Twitter.
Mereka menyebutnya 'rasisme dan kebrutalan polisi'.
Wali Kota Minneapolis, Jacob Frey menyerukan dakwaan terhadap petugas polisi kulit putih yang menginjak leher Floyd.
"Mengapa orang yang membunuh George Floyd tidak ada di penjara?" katanya pada konferensi pers Rabu (27/5/2020) lalu.
"Jika kamu melakukannya, atau aku telah melakukannya, kita akan berada di balik jeruji sekarang," tambahnya.
Wali Kota Minneapolis tidak merinci apa yang seharusnya menjadi dakwaan tetapi mengatakan bahwa tekadnya didasarkan pada video dari insiden tersebut.
Pada video yang terekam, leher Floyd terjepit antara lutut petugas dengan tanah dan berkali-kali memohon.
"Aku tidak bisa bernapas," rintihnya.
Setidaknya selama empat menit dia mengatakan itu namun petugas yang menginjaknya tidak bergeming.
Terlihat tiga petugas lainnya sedang memborgol pria 46 tahun itu.
Tak lama kemudian, Floyd tampaknya kehilangan kesadaran, tetapi petugas mempertahankan posisinya itu.
Denyut nadinya diperiksa sekitar tiga menit setelah dia berhenti bicara.
Baca: Floyd Mayweather Jr Bisa Memukul KO Conor McGregor Jika Mau kata Jeff Mayweather
Baca: Huawei Disebut Keluarkan Permintaan Pasokan Chip ke Samsung Demi Bertahan dari Tekanan AS
Sementara polisi itu terus menekan lututnya di leher Floyd, tetapi tidak jelas dari video apa penilaian pada saat itu.
Floyd kemudian dimasukkan ke tandu dan dipindahkan ke ambulans.