Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kata Pengacara: Bukan Covid-19, Tapi Pandemi Rasisme yang Tewaskan George Floyd

Namun tegas Crump, pandemi lain bernama rasisme dan diskriminasi lah penyebab George FLoyd tewas

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Kata Pengacara: Bukan Covid-19, Tapi Pandemi Rasisme yang Tewaskan George Floyd
AFP/MICHAEL BRADLEY
Sekitar 4.000 pengunjuk rasa mengikuti aksi demo menentang kematian George Floyd dalam protes bertajuk Black Lives Matter di Auckland, Selandia Baru, Senin (1/6/2020). Kematian George Floyd setelah lehernya ditindih lutut polisi berkulit putih di Minneapolis, AS, turut menimbulkan reaksi keras dari banyak orang di berbagai negara. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, MINNEAPOLIS - Pengacara George Floyd, Ben Crump menegaskan bukan pandemi virus corona atau Covid-19 yang menewaskan kliennya di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat pada 25 Mei lalu.

Namun tegas Crump, pandemi lain bernama rasisme dan diskriminasi lah penyebab George Floyd tewas.

Baca: Instagram Milik Dita Karang Member Grup K-Pop Secret Number Asal Indonesia Lenyap, Mengapa?

"Bukan virus Corona yang menewaskan George Floyd, tetapi pandemi rasisme dan diskriminasi," ujar Crump saat memberikan sambutannya kepada ratusan orang yang menghadiri kebaktian kematian pria yang meninggal di tangan polisi pekan lalu itu.

Ratusan orang menghadiri kebaktian kematian Floyd, Kamis (4/6/2020) waktu setempat, atau Jumat (5/6/2020) waktu Indonesia.

"Ketika kami berjuang untuk George Floyd, kami membantu Amerika menjadi Amerika untuk semua warga Amerika," kata Crump.

Pendeta Alfred Charles Sharpton yang juga dikenal sebagai aktivis hak-hak sipil juga memberikan sambutannya dalam upacara yang diselenggarakan di North Central University, Minneapolis.

Berita Rekomendasi

"Apa yang terjadi pada Floyd, terjadi setiap hari di negara ini," kata Sharpton.

"Sudah waktunya bagi kita untuk berdiri bersama George dan berkata, 'lepaskan lututmu dari leher kami!""

Ungkapan Sharpton ini mengacu kepad kejadian pada 25 Mei 25 lalu, saat penangkapan George Floyd.

Di mana seorang polisi kulit putih Minneapolis menekan lututnya ke leher warga Afrika-Amerika yang diborgol itu selama beberapa menit.

Meski George Floyd memohon untuk bernafas, namun tekanan lutut si polisi tak dilonggarkan hingga akhirnya meninggal dunia.

Sharpton mengungkapkan rencana untuk mengadakan pawai peringatan di Washington pada bulan Agustus mendatang untuk meyerukan keadilandan reformasi Kepolisian.

Anggota keluarga Floyd, Pendeta Jesse Jackson, Gubernur Minnesota Tim Walz, Senator Minnesota Amy Klobuchar dan Wali Kota Minneapolis Jacob Frey diantara ratusan orang yang menghadiri ibadah peringatan kematian di North Central University di pusat kota Minneapolis.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas