Meski Satu Partai, Eks Presiden Amerika George W Bush Ogah Pilih Donald Trump di Pilpres 2020
Bush, yang memimpin AS pada 2001 sampai 2009, termasuk dalam jajaran petinggi Partai Republik yang tak terang-terangan mendukung petahana.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Mantan Presiden AS, George W Bush, disebut tidak akan memberikan suaranya kepada Presiden Donald Trump di Pilpres AS 2020.
Bush, yang memimpin AS pada 2001 sampai 2009, termasuk dalam jajaran petinggi Partai Republik yang tak terang-terangan mendukung petahana.
Kini, di tengah krisis yang dihadapi negara adidaya itu, George W Bush dilaporkan mulai berpikir untuk menjatuhkan suaranya kepada rival Trump, Joe Biden.
Baca: Sempat Ditegur Wali Kota Washington DC, Trump Tarik Tentara Nasional dari Lokasi Demo George Floyd
Dalam laporan The New York Times, sumber menerangkan bahwa mantan Presiden AS berusia 73 tahun itu tidak akan mendukung pencalonan sang petahana.
Sementara adiknya, mantan Gubernur Florida Jeb Bush, disebut bingung bagaimana dia akan memilih presiden yang juga taipan real estate itu.
Senator Utah Mitt Romney, yang dikenal sebagai penentang petahana, hampir pasti bakal memberikan dukungannya kepada suami Melania itu.
Sementara Cindy McCain, janda mendiang Senator John McCain, diyakini bakal memilih Joe Biden.
Namun, tidak diketahui bagaimana dia akan melakukannya. Sebabnya, salah satu anaknya diketahui juga tengah mencalonkan diri dalam Pilpres AS 2020, sehingga dia kebingungan untuk terang-terangan mendukung lawan.
Kemungkinan para petinggi Republikan itu didasari bahwa mereka membutuhkan angin perubahan setelah petahana dianggap gagal.
Selain dianggap gagal menangani wabah virus corona, Trump juga menyerukan pendekatan brutal untuk memadamkan kerusuhan karena demo kematian George Floyd.
Baca: Para Pengunjuk Rasa Aksi George Floyd Menuntut Donald Trump karena Kekerasan Polisi saat Demo
Bush tidak mengutarakan dukungannya kepada penerusnya secara terbuka.
Namun, Trump sempat mengomentari sang mantan presiden ketika dia terkena sidang pemakzulan.
Dalam kicauannya ketika Trump dimakzulkan pada akhir 2019, dia mengaku mengapresiasi pesan yang diterima oleh presiden ke-43 itu.
"Tapi ke mana dia ketika sidang pemakzulan. Dia tak lain ditemukan berbicara mengenai hoaks terbesar dalam sejarah Amerika," tuduh petahana.