Trump Obral Janji Lama: Amerika akan Akhiri 'Era Perang Tiada Akhir dan Berhenti Jadi Polisi Dunia'
Apa yang disampaikan Trump merupakan hal yang telah dijanjikannya sejak berkampanye untuk menjadi presiden AS pada 2016.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
AS pun telah menandatangani perjanjian penarikan pasukan dengan kelompok Taliban pada Februari lalu.
Namun pasukan AS masih tetap berada di sana, meski perjanjian telah disepakati.
Hal itu ternyata bergantung pada proses perdamaian intra-Afghanistan serta pembicaraan antara gerilyawan dan pemerintah Kabul yang berlangsung alot.
Baca: Video Pitch Invader yang Membuat Para Pemain Barcelona dan Mallorca Tertawa Karena Tangisannya
Meskipun pasukan Amerika benar-benar mengurangi kehadiran mereka di Irak, mereka bersikeras tidak akan meninggalkan tempat itu di masa mendatang.
AS bahkan mengatakan kepada Irak bahwa kehadiran mereka di tanah itu adalah 'hal yang pantas dilakukan', setelah parlemen Irak meminta kepada AS untuk 'angkat kaki' pasca peristiwa pembunuhan terhadap Jenderal besar Iran Qassem Soleimani yang hampir memicu konflik militer lainnya.
Bahkan mundurnya banyak tentara AS dari Suriah, menyebabkan Pentagon mengeluarkan laporan yang memperingatkan tentang dampak dari penarikan itu.
Menurut laporan Pentagon, penarikan itu akan membuka jalan bagi kebangkitan ISIS.
Beberapa pasukan dan aset AS pun masih berada di Suriah, di mana mereka tidak memiliki hak hukum untuk berada di sana, namun AS beranggapan Suriah masih perlu dipantau.
Karena di mata Pentagon, 'penjahatnya' di antaranya termasuk pemerintah Suriah, yang bisa mengakses ke sumber daya minyak.
Trump sendiri telah berulang kali mengklaim bahwa keberadaan AS di Suriah hanya untuk menjaga sumber daya di negara itu.
"Kami menjaga minyak," tegas Trump.
Baca: 5 Aksi Unik Polisi Tangkap Penjahat, Nyamar Jadi Emak Berdaster & Ikut Suprise Ultah di Kos-kosan
'Menjaga minyak' dianggap sebagai sesuatu yang tampaknya menjadi bagian dari 'kepentingan vital AS' hampir di manapun di seluruh dunia.
Selain itu, kepentingan nasional tentunya akan tetap tinggi dalam agenda militer AS.
"Ada fokus baru yang diperbaharui untuk membela kepentingan vital Amerika," jelas Trump.