Dua Anak Pendiri Sunda Empire Tempelkan Foto Pakai Mahkota di Paspor Sunda Democratic Empire
Dua anak pendiri Sunda Empire berada di tahanan imigrasi Malaysia sejak 2007.Keduanya membawa paspor Sunda Empire yang tidak diakui otoritas Malaysia.
Editor: Anita K Wardhani
Persoalan timbul karena mereka tidak mengakui dari Indonesia dan tetap kekeuh sebagai warga Sunda Democratic Empire, yang tak diakui Malaysia dan tak tercatat di PBB.
Akhirnya, sudah 13 tahun ini Fathia Reza dan Lamia Roro ditahan oleh Imigrasi Malaysia.
Menurut Pak Bro, KJRI di Kuching tidak bisa memberikan banyak bantuan karena Fathia Reza dan Lamia Roro tidak mengakui Indonesia sebagai negaranya.
"Mereka tidak dapat dideportasi karena tidak ditemukan dalam peta dunia negara asal mereka yaitu Sunda Democratic Empire," ungkapnya.
Lahir di Naraka
Salah satu video di kanal YouTubenya, Pak Bro pun mengulas soal paspor Sunda Democratic Empire yang dipegang Fathia Reza dan Lamia Roro.
"Dari kualitas layout, cetakan dan material yang digunakan adalah sangat sempurna untuk sebuag paspor diplomatik," kata Pak Bro.
"Apalagi, dibumbui bahasa Inggris ningrat yang berkelas," begitu uraian dia berikutnya.
Fathia Reza dan Lamia Roro tampak memakai mahkota di foto paspor dan saat itu usia mereka masih 23 dan 21 tahun.
Di dalam paspor ada logo ukiran elegan yang melingkari bintang lima dan dibawahnya tertulis Sunda Empire Diplomatic Pasport.
Uniknya, kata Pak Bro, nationality atau kewarganegaraan di paspor tertulis, "extraterritorial." Dikeluarkan pada 8 Agustus 2006 dan habis masa berlakunya 8 Agustus 2011.
Sementara di nama lengkap paspor tertulis, "Her Imperial Majesty Crown Princess Fathia Reza Wiranatadikusumah Siliwangi Al-Misri."
Sedangkan adiknya, Lamia Roro tertulis, "Her Imperial Majesty Princess Lamia Roro Wiranatadikusumah Siliwangi Al-Misri."
Tapi ada yang membuat Pak Bro terkaget-kaget setelah melihat place of birth atau tempat lahir keduanya, bukan Indonesia tapi Naraka.
"Na Ra Ka bukan menunjukkan suatu tempat tapi itu bahasa Sansekerta berarti neraka atau Naraka dalam bahasa Sunda. Wow lahirnya di neraka," kata Pak Bro.
Paspor diplomatic ini dikeluarkan oleh kantor di Basel Land, Swistzerland.
Di paspor diplomatik tersebut ada Instruksi Sunda Empire yang berbunyi, "Atas nama Yang Maha Mulia Kaisar Sunda Empire, Kepala Sekretaris Kekaisan meminta dan memerlukan kepada semua pihak yang berkepentingan untuk membiarkan lewat dengan bebas tanpa halangan dan bayaran dan memberikan bantuan serta melindungi kepada pemegang paspor ini sesuai dengan hak kekebalan diplomatik dan status kebebasan wilayah pemegang yang mungkin diperlukan."
Masih menurut Pak Bro, pemegang paspor Sunda Democratic Empire pun mendapat perlindungan di bawah organisasi internasional.
Nama-nama organisasi internasional yang tertera di paspor, seperti PBB, Kerajaan Inggris Britania Raya, Amerika Serikat, Republik Perancis, dan Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO).
Rupanya, misi Fathia Reza dan Roro Lampia selama tur Asia Pasifik ini memang dalam rangka diplomatik dan pasrpo ini berlaku di seluruh dunia.
Hal itu dipertegas dengan sebuah taklimat, "Bersama ini Sekretaris Utama Kekaisaran atas nama Yang Mulia Kaisar Permaisuri Kekaisaran Sunda Empire memberikan pengakuan bahwa pembawa paspor ini di luar negeri dalam rangka tugas diplomatik untuk Pemerintah Kekaisaran Sunda."
Pemegang paspor Sunda Democratic Empire pun memiliki hak istimewa dan kekebalan diplomatik, di antaranya:
1. Tidak ditangkap atau ditahan
2. Tempat tinggal mereka tidak boleh dimasuki dan dicari
3. Tidak dipanggil sebagai saksi
4. Tidak dituntut
Meski paspor Sunda Democratic Empire tak diakui, Fathia Reza dan Lamia Roro bersikeras masih sebagai putri mahkota Sunda Empire kendati risikonya tetap berada di tahanan imigrasi Malaysia.
TONTON SELENGKAPNYA DI SINI
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Penampakan Bentuk Paspor Sunda Democratic Empire, Pemerintah Malaysia Bingung saat Akan Mendeportasi, https://jakarta.tribunnews.com/2020/06/19/penampakan-bentuk-paspor-sunda-democratic-empire-pemerintah-malaysia-bingung-saat-akan-mendeportasi?page=all
Penulis: Suharno