China Hentikan Impor Unggas AS Setelah Adanya Temuan Kasus Corona di Pabrik Tyson Foods
China telah menunda sementara pengiriman produk unggas dari sebuah pabrik yang dimiliki oleh raksasa daging yang berbasis di Arkansas
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - China telah menunda sementara pengiriman produk unggas dari sebuah pabrik yang dimiliki oleh raksasa daging yang berbasis di Arkansas, Amerika Serikat (AS), Tyson Foods.
Hal ini dilakukan setelah ratusan pekerja di pabrik itu dinyatakan positif terinfeksi virus corona (Covid-19).
Semua produk yang dikirim dari pabrik itu, termasuk yang baru saja tiba di pelabuhan China dan masih dalam perjalanan, untuk sementara akan ditahan.
Baca: Beberapa Fakta Menarik di Balik Ketegangan Militer India dan China
Seperti yang diumumkan Administrasi Umum Kepabeanan China dalam situs web resminya.
Kendati menunda sementara impor unggas dari pabrik tersebut, otoritas China tidak menyebutkan secara pasti berapa volume daging yang terdampak keputusan itu.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (22/6/2020), Bea Cukai China mengatakan bahwa penangguhan ekspor ini dilakukan setelah adanya temuan para pekerja di pabrik Tyson Foods terinfeksi corona.
Pekan lalu, perusahaan AS itu pun mengungkapkan hasil pengujian corona skala besarnya di fasilitas yang ada di Benton dan Washington Counties.
Berdasar pada pengujian tersebut, lebih dari 480 karyawan atau sebanyak 13 persen pekerja dinyatakan terinfeksi virus, mayoritas dari mereka bahkan tidak menunjukkan gejala corona.
Perusahaan ini juga menyampaikan kepada media bahwa mereka sedang mempertimbangkan keputusan yang ditetapkan oleh China ini.
Namun manajemen perusahaan menekankan, tidak ada bukti yang menunjukkan penularan virus ini bisa terjadi melalui makanan.
Selain itu perusahaan juga memastikan bahwa mereka selama ini telah bekerja sama dengan otoritas keamanan pangan AS.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa proses produksi semua makanan telah sesuai dengan protokol kesehatan sebagai persyaratan keamanan yang diterapkan pemerintah.
Saat ini China kembali meningkatkan kewaspadaannya sejak wabah baru ditemukan di pasar grosir Xinfadi Beijing pada pekan lalu.
Wabah baru ini diduga berasal di papan potong produk salmon impor, namun temuan ini belum bisa dikonfirmasi.
Sedangkan sejumlah pihak menilai bahwa wabah dibawa oleh orang terinfeksi yang memasuki pasar itu dan bersin atau batuk di dekat produk.
Perlu diketahui, impor unggas AS ke China telah melonjak sejak negara di kawasan Asia Timur itu mencabut larangan pengiriman produk ini pada November 2019.
Larangan sebelumnya diberlakukan setelah AS dilanda wabah flu burung.
Namun berapa lama pemberlakuan keputusan penangguhan pengiriman unggas ini diprediksi akan berdampak pada kesepakatan perdagangan AS-China, di mana China harus secara signifikan meningkatkan pembelian produk pertanian AS diantara produk lainnya.
Pandemi ini dikhawatirkan dapat menggagalkan janji-janji perdagangan China, karena dipicu gangguan rantai pasokan dan dampaknya secara keseluruhan pada ekonomi negara itu.