Semakin Panas, Aktivis Korsel Kembali Kirim 500 Ribu Selebaran ke Korut
Aksi itu dilakukan setelah Korea Utara berulang kali memperingatkan akan membalas tindakan serupa.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
Menurut dia, semua tergantung pada peralatan pengiriman yang akan dipakai Korea Utara.
Seorang aktivis Korea Selatan baru-baru ini mengatakan ia juga akan menjatuhkan sekitar satu juta selebaran sekitar Kamis (25/6/2020), di ulang tahun ke-70 awal perang Korea 1950-1953.
Namun Pejabat Korea Selatan mengatakan mereka akan melarang aktivis sipil meluncurkan balon ke arah Korea Utara.
Pada 2018, para pemimpin dari kedua negara Korea setuju untuk menghentikan setiap tindakan bermusuhan terhadap satu sama lain di sepanjang perbatasan mereka, termasuk peperangan psikologis seperti selebaran dan siaran propaganda.
Tapi kesepakatan mereka tidak dengan jelas mengatakan apakah selebaran sipil juga akan dilarang, dan aktivis Korea Selatan kemudian terus meluncurkan balon besar membawa selebaran berisi propaganda kritis dari program nuklir Korea Utara dan catatan hak asasi manusia.
Korea Utara baru-baru ini merilis foto yang menunjukkan puntung rokok mengotori selebaran bergambar Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, yang katanya akan turut terbang ke Seoul.
Menteri Unifikasi Korea Selatan Mundur
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menerima pengunduran diri dari Menteri Unifikasi Kim Yeon-Chul, setelah Korea Utara menghancurkan Kantor Penghubung dan meningkatnya ketegangan dua negara.
Kim Yeon-Chul ditunjuk Presiden Moon sebagai Menteri Unifikasi pada bulan April tahun lalu.
Dia menyatakan pengunduran dirinya sebagai bentuk tanggung jawab atas meningkatnya ketegangan antar-Korea.
Dalam beberapa bulan terakhir, Korea Utara telah menghapua semua kerjasama dengan Korea Selatan.
Korea Utara meledakkan kantor penghubung di perbatasan kota Kaesong.
Korea Utara juga menyatakan akan memutus semua saluran komunikasi pemerintah dan militer.
Pun Korea Utara tidak lagi mengindahkan perjanjian militer yang dicapai pada 2018 lalu, untuk mengurangi ancaman konvensional, dan risiko pertempuran di daerah perbatasan dua Korea.