Amerika-China Kian Memanas: 60 Persen Kekuatan Tempur Angkatan Laut AS Telah Berada di Asia Pasifik
Ketegangan antara dua negara superpower ini meningkat di berbagai bidang sejak Presiden AS Donald Trump berada di pucuk kekuasaan
Editor: Malvyandie Haryadi
60 persen kekuatan AS
AS telah mengerahkan 375.000 tentara dan 60% dari kapal perangnya di kawasan Asia-Pasifik. Negeri uak Sam juga mengirim tiga kapal induk ke wilayah itu.
Selama delapan tahun Barack Obama memerintah, Angkatan Laut AS hanya melakukan empat operasi kebebasan navigasi. "Sementara di bawah Trump, ada 22 operasi," ungkap Wu.
Militer AS dan China "harus meningkatkan komunikasi" untuk "mencegah kesalahpahaman strategis dan salah perhitungan", menurut laporan tersebut.
"Pertemuan militer tingkat tinggi harus dilanjutkan, saluran telepon langsung harus dibuka, dan manuver Angkatan Laut bersama harus dilakukan," kata Wu.
Baca: Angkatan Laut Amerika Siapkan Operasi Tempur 2 Kapal Perang di Laut China Selatan
Laporan itu menyebutkan, China tidak menganggap AS sebagai saingan potensial atau "membayangkan perang dingin atau panas baru dengan Amerika Serikat".
Dokumen tersebut memperingatkan, "memburuknya hubungan militer akan secara substansial meningkatkan kemungkinan insiden berbahaya, konflik, atau bahkan krisis".
Bisa menyeret Indonesia
Laut China Selatan saat ini menjadi perhatian internasional. Konflik antara China dan negara-negara yang mengklaim wilayah mereka di Laut China Selatan semakin meningkat.
Hal ini kian meningkatkan tekanan terhadap Indonesia dan Malaysia sebagai kekuatan utama di kawasan. kedua negara bisa berpotensi terseret konflik dengan China di Laut China Selatan.
Mengutip CNN, awal Juni lalu, kapal-kapal China dan Malaysia terperangkap dalam konflik besar selama lebih dari satu bulan sejak awal tahun 2020 di dekat Pulau Kalimantan di Laut China Selatan. Konflik itu terjadi saat kapal Malaysia, Capella Barat, tengah mencari sumber daya di perairan yang juga diklaim Beijing.
Saat itu, sebuah kapal survei Tiongkok, disertai dengan kapal penjaga pantai, berlayar ke daerah tersebut dan mulai melakukan pemindaian, menurut gambar satelit yang dianalisis oleh Institut Transparansi Maritim Asia (AMTI).
Hal itu kemudian direspons Malaysia dengan mengerahkan kapal ke daerah itu, yang didukung kapal perang Amerika Serikat yang melakukan latihan bersama di Laut China Selatan.
Beijing mengklaim tengah melakukan kegiatan normal di perairan di bawah yurisdiksi Tiongkok. Kendati selama berbulan-bulan kapal-kapal China dituding memburu kapal-kapal negara lain yang mencoba mengeksplorasi sumber daya di perairan yang diklaim China miliknya.