Malaysia Tak Mampu Tampung Pengungsi Rohingnya Lagi, Minta ASEAN Cari Solusi
Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin meminta ASEAN untuk menanggulangi krisis pengungsi Rohingnya.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Malaysia, Muhyiddin Yassin meminta ASEAN untuk menanggulangi krisis pengungsi Rohingnya.
Dia juga meminta Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) untuk bekerja sama dengan ASEAN untuk mempercepat proses pemukiman bagi pengungsi Negara Bagian Rakhine ini.
"Apa yang kita lakukan di Asean untuk saling membantu dalam menemukan solusi yang efektif untuk Negara Rakhine?" kata Muhyiddin, dikutip dari New Straits Times.
Muhyiddin mengatakan ASEAN harus segera menemukan solusi masalah ini, begitu pula Myanmar.
Baca: Nelayan Aceh Prihatin Kondisi Warga Rohingnya: Jika Pemerintah Tak Mampu, Kami Masyarakat Akan Bantu
Baca: RI Selamatkan 99 Pengungsi Rohingya yang Memasuki Perairan Aceh Utara
Dengan tegas PM Malaysia mengatakan tidak lagi bisa menampung pengungsi.
Muhyiddin menjelaskan bahwa sumber daya dan kapasitas sudah mulai berkurang, terlebih di tengah wabah corona ini.
Dia merasa Malaysia diperlakukan tidak adil karena semuanya berharap Negeri Jiran mau berbuat lebih untuk pengungsi.
"Meskipun Malaysia tidak menjadi Pihak pada Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol 1967 Terkait Status Pengungsi, kami telah memberikan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi Rohingya, dan para pengungsi lain dari Myanmar."
"Tapi situasi ini tidak bisa berlanjut selamanya," jelas Muhyiddin.
Menurutnya Malaysia secara konsisten telah mengadvokasi krisis warga Rohingnya di Negara Bagian Rakhine.
Para warga ini sangat rentan dengan kejahatan lintas batas seperti perbudakan, penyelundupan, serta perdagangan manusia.
Kendati demikian, Muhyiddin juga khawatir karena pengungsi rentan dengan paham militan.
"Perampasan dan frustrasi mereka juga dapat menyebabkan perekrutan potensial oleh teroris dan ekstremis yang tetap diam selama pandemi."
"Keheningan mereka tidak boleh disalahartikan sebagai tidak aktif karena mereka masih menimbulkan ancaman keamanan serius bagi kami sebagai suatu wilayah," katanya.
Untuk itu, Muhyiddin mendesak ASEAN agar melakukan pendekatan komprehensif untuk menahan pergerakan para pengungsi.
Selain itu juga memperhatikan potensi kejahatan lintas batas yang rentan dialami para pengungsi.
Pengungsi Rohingnya Diterima Nelayan Aceh
Kapal yang mengangkut 94 pengungsi Rohingnya ditepikan oleh beberapa nelayan asal Kabupaten Aceh Utara.
Kapal motor yang ditumpangi pengungsi asal Myanmar itu sempat terombang-ambing di perairan Seunuddon, Aceh Utara pada Rabu (24/6/2020).
Awalnya tiga nelayan yang tengah melaut, Abdul Aziz, Faisal, dan Raja mendengar teriakan minta tolong.
Akhirnya para pengungsi ini dievakuasi ke darat oleh para nelayan menggunakan kapal motor kecil.
Aksi penyelamatan ini dilakukan para nelayan karena merasa prihatin dengan kondisi para pengungsi Rohingnya.
Dikutip dari Antara via Kompas.com, kapal sempat merapat di bibir pantai Lancot, Aceh Utara karena terbawa angin.
Namun aparat gabungan SAR Aceh, BPBD, dan TNI/Polri tidak mengizinkan mereka untuk turun.
Melihat hal ini, warga sekitar memaksa petugas untuk membiarkan para pengungsi ini turun.
"Kita sesama muslim. Masak iya, kita tidak bantu mereka."
"Warga desa ini siap menampung mereka dan memberi makan. Uangnya kita cari, patungan," kata Kepala Desa Lancok, Nasruddin, dikutip dari Kompas.com.
Nasruddin mengaku melakukan ini atas dasar kemanusiaan.
Dia juga meminta pemerintah segera menanggapi nasib para pengungsi Rohingnya ini.
Baca: Penyelamatan Pengungsi Rohingya di Aceh Mendapat Sorotan Media Asing Terkait Covid-19
Baca: Nelayan Aceh Prihatin Kondisi Warga Rohingnya: Jika Pemerintah Tak Mampu, Kami Masyarakat Akan Bantu
"Mereka sudah sangat lelah di kapal itu. Segera tarik mereka ke darat, kami beri makan," ujarnya.
Senada dengan Nasruddin, warga lainnya Aples Kuari mengatakan akan menjemput para pengungsi bila pemerintah mengembalikan mereka ke laut.
"Kami jemput pakai perahu kami, di sini semua nelayan punya perahu."
"Janganlah begitu kejam pada sesama muslim. Kita harus tolong mereka, baru pikirkan opsi sesuai regulasi internasional soal imigran," kata Kuari.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani) (Kompas.com/Kontributor Lhokseumawe, Masriadi)